Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suplemen Alami Anti-Covid-19, IPB Uji Kombinasi Jambu Merah dan Madu

Kompas.com - 28/03/2020, 18:27 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain menjaga kebersihan tubuh dan melakukan pembatasan sosial (social distancing), upaya pencegahan Covid-19 juga perlu dilakukan dari dalam tubuh, yakni dengan cara meningkatkan daya tahan atau imunitas.

Tak heran bila kini suplemen atau vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh kian sulit ditemukan di pasaran. Masyarakat pun kebingungan untuk mencari suplemen tambahan selain makanan utama.

Padahal, suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk menghadapi Covid-19 juga bisa ditemukan melalui bahan alami, seperti buah jambu biji.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Prof Bambang PS Brodjonegoro, melalui tele-konferensi pers pada Kamis (26/3/2020) mengungkapkan, jambu biji merah adalah bahan alam yang dapat meningkatkan imunitas tubuh guna mencegah Covid-19.

Baca juga: Cegah Corona, Profesor Unair Paparkan 8 Cara Tingkatkan Imun Tubuh

“Dari berbagai bahan yang tentunya ada di dalam biodiversitas kita, sudah ada beberapa yang dikaji secara mendalam baik oleh beberapa perguruan tinggi dan juga oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Salah satunya adalah buah jambu biji yang merupakan salah satu bahan terbaik untuk dikonsumsi manusia dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh untuk menghadapi covid-19 ini,” papar Prof Bambang seperti ditulis dalam laman resmi Institut Pertanian Bogor (IPB), Jumat (27/5/20200).

Terkait jambu biji merah berpotensi menanggulangi COVID-19, Guru Besar IPB Prof Irmanida Batubara menjelaskan, jambu biji merah memiliki senyawa dari golongan flavonoid potensial untuk dikembangkan sebagai anti-COVID-19.

Baca juga: Gunakan Sinar UV, Bilik Disinfeksi Karya FT-UI Matikan Virus 10 Detik

“Berdasarkan hasil ini, kita mengetahui bahwa senyawa flavonoid dapat berinteraksi baik dengan lima protein target, yaitu 3ClPro, PlPro, SpikeACE2, E34 dan RDrP. Secara insiliko, diketahui bahwa myricetin, rhamnetin, kuersetin, esperidia dan kaempferol merupakan senyawa golongan flavonoid yang paling berpotensi sebagai anti-COVID-19,” paparnya.

Prof Irmanida menjelaskan, senyawa tersebut diduga mampu menghambat replikasi atau perbanyakan virus dan menghambat ikatan protein virus ke reseptor manusia.

Tak hanya terdapat pada jambu biji, senyawa-senyawa tersebut juga ditemukan pada madu alami.

“Oleh karena itu, selanjutnya akan dilakukan uji klinis terkait efek mengonsumsi jus jambu biji yang dikombinasikan dengan madu dan juga uji klinis terhadap efek ekstrak daun jambu biji sebagai suplemen pada pasien COVID-19,” pungkasnya.

Riset multidisiplin ini melibatkan Departemen Kimia Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Klaster Bioinformatics Core Facilities IMERI-FKUI, Klaster Drug Development Research Center IMERI FK UI, Laboratorium Komputasi Biomedik dan Rancang Obat Fakultas Farmasi UI, Rumah Sakit UI, Pusat Studi Biofarmaka Tropika (Trop BRC) IPB dan Departemen Ilmu Komputer IPB.

Kembangkan vaksin COVID-19

Selain membahas tentang potensi jambu merah untuk memperkuat imunitas tubuh, di kesempatan yang sama Prof. Bambang juga menjelaskan tentang penanganan jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang dilakukan oleh Kemristek/BRIN terhadap COVID-19.

Baca juga: Tim FK UI dan IPB Temukan Senyawa Buah yang Potensial Tangkal Corona

Upaya jangka pendek yang telah dilakukan antara lain melakukan pengujian sampel Covid-19, mengembangkan dan melakukan kaji terap terhadap alat pelindung diri (APD) baik masker maupun pakaian, produksi handsanitizer, serta mengembangkan bilik disinfektan yang dilengkapi dengan ozon.

“Ke depan, kita mencoba untuk mengembangkan vaksin untuk COVID-19, tentunya kita tidak menutup pintu terhadap kerja sama dengan luar negeri yang sudah mulai mengembangkan vaksin tersebut. Yang paling penting adalah secepat mungkin dan seakurat mungkin kita segera membuat dan menemukan vaksin yang cocok untuk menangani COVID-19,” tambahnya.

Di samping itu, Kemristek/BRIN juga berusaha melakukan kajian epidemiologi dan kajian pembuatan obat COVID-19. Anggaran yang disiapkan untuk upaya tersebut sekitar Rp 20 Miliar, belum termasuk anggaran produksi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com