KOMPAS.com - Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemendikbud), Nizam mengatakan pandemi COVID-19 secara tidak langsung telah membuat banyak perguruan tinggi yang mengaplikasikan pembelajaran daring.
Bahkan momentum pandemi COVID-19 ini memaksa banyak pihak untuk beradaptasi dengan pembelajaran daring dalam waktu yang sangat cepat.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber pada seminar daring yang digelar oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Provider Indonesia (Kopertip) yang mengusung tema "Dampak COVID-19 pada Pendidikan Nasional", Selasa (12/5).
“Saat ini perguruan tinggi maupun swasta di Indonesia telah melakukan pembelajaran daring dengan baik. Meskipun ada keluhan kendala pada koneksi, namun semua berjalan baik," ungkap Nizam dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Berkaca dari pembelajaran daring yang ada di negara lain, saat ini pembelajaran daring di Indonesia memang belum 100 persen dikatakan sempurna.
Nizam mengungkapkan, pembelajaran daring di Indonesia perlu memliki resources yang banyak, misalnya perguruan tinggi harus menyiapkan back up bagi mahasiswa dan mentor/tutor harus siap menjawab semua pertanyaan dari mahasiswanya.
"Pembelajaran jarak jauh tidak cukup hanya melalui kuliah daring dan unggah materi perkuliahan, namun asesmen juga perlu dilakukan secara daring," tuturnya.
Baca juga: Covid-19, Penyesuaian Uang Kuliah Mahasiswa Kampus Negeri Diserahkan ke Rektor
Melalui momentum pandemi Covid-19 ini, Nizam berharap semua orang dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran daring yang seutuhnya. Nantinya setelah pandemi ini berakhir, pembelajaran daring akan tetap menjadi pengayaan.
Menurutnya, pendidikan tetap memerlukan proses tatap muka karena tidak hanya melakukan transfer ilmu, tetapi tetap membutuhkan interaksi di dalamnya.
COVID-19 menyebar di Indonesia sejak Maret 2020. Meskipun membatasi ruang gerak manusia, tetapi Nizam tetap memandang sisi positifnya.
Ia mengatakan bahwa adanya pandemi ini justru juga mempercepat penelitian yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa.
Contohnya saja pembuatan alat ventilator yang biasanya membutuhkan waktu 1-2 tahun, kini dalam waktu singkat dapat diselesaikan.
"Ini menjadi contoh positif yang juga memanfaatkan pembelajaran jarak jauh," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.