Oleh: Christina M. Udiani dan Silviana Dharma | Penerbit KPG
KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memaksa hampir semua orang tinggal di rumah, termasuk kita di Indonesia, setidaknya dua minggu setelah pasien pertama ditemukan pada 2 Maret 2020.
Bila ngotot keluar rumah pun tidak banyak hiburan tersedia, mengingat museum, mall, dan kebanyakan tempat nongkrong mulai ditutup.
Dengan lebih banyak orang berada di rumah, bukankah ini peluang besar bagi industri kreatif, khususnya buku, untuk mengalami peningkatan dalam penjualan?
Ketika orang minim kesibukan, merasa bosan, dan sekarang jadi punya banyak waktu untuk membaca, bukankah permintaan terhadap buku harusnya jadi tinggi?
Faktanya, sama seperti industri ritel lain, SARS CoV-2 menyebabkan penerbitan “ikut rontok”, istilah editor senior Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Candra Gautama, yang disampaikan dalam perbincangan virtual di Instagram bersama Luthfi Hasan, perancang interior dan furniture @Jakartavintage, Rabu, 6 Mei 2020.
Baca juga: Re;nkarnasi Karya Terbaru Maman Suherman: Lebih Fiksi dari Fiksi
Mengutip data hasil survei IKAPI Maret 2020, Candra mengemukakan, sekira 87 persen penerbit yang mengikuti survei mengaku, pendapatan mereka menurun antara 50 persen hingga 80 persen.
Banyak faktor menjadi penyumbang penurunan itu. Beberapa di antaranya adalah berkurangnya pesanan dinas/pemerintah/instansi lain dan perlambatan produksi akibat kerja dari rumah.
Namun, bisa diduga di antara faktor tersebut, penyebab terpenting adalah tutupnya toko-toko buku.
Penjualan melalui toko-toko buku daring untuk beberapa penerbit yang telah memiliki infrastruktur atau lapak di marketplace sesungguhnya sudah meningkat dalam kisaran 200 300 persen.
Masalahnya, angka ini belum mampu menutupi penurunan dari penjualan melalui toko-toko buku fisik.
Menghadapi situasi ini, hampir sebagian penerbit tetap bertahan dalam suasana “survival mode”.
Beragam cara dilakukan. Penerbit Mizan, misalnya, di antara berbagai strategi yang dilakukan, satu di antaranya adalah memperkuat barisan promosi dan penjualan.
“Semua editor diminta memperkuat promosi. Kalau dalam istilah militernya, mereka di BKO-kan,” tutur Haidar Bagir, Presiden Direktur Penerbit Mizan, dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Penerbit Mizan, Sabtu 9 Mei 2020.
Selain Haidar Bagir, acara dimoderatori Maman Suherman ini juga menampilkan Laura Prinslo, Ketua Komite Buku Nasional, sebelum komite ini dibubarkan.
Upaya ini, menurut Bagir, sesungguhnya masih belum mampu mengembalikan angka pendapatan penerbitannya. “Saya duga, paling bagus bisa mencapai 30 persen. Kalau bisa mencapai 40persen, itu agak mukjizat,” Haidar Bagir mengakui.
Kelompok Penerbit dan Retail Gramedia juga membuat beberapa upaya terobosan.
Baca juga: 7 Tips Membaca Buku Bersama Anak di Masa Pandemi Covid-19
Meski terpaksa menutup toko akibat berbagai aturan PSBB, toko-toko buku Gramedia tidak menyerah untuk tetap dapat melayani pemesan.
Satu inisiatif yang telah berjalan sejak akhir Maret 2020 adalah program "Pesan, Bayar, Kami Antar Ke Rumah Anda di mana konsumen bisa menghubungi toko buku Gramedia terdekat via Whatsapp, lalu bayar sesuai nota, dan buku akan diantar ke tujuan.
Untuk program ini pun toko buku mengerahkan karyawannya untuk berfungsi sales sekaligus pengantaran. Daftar kontak Gramedia se-Indonesia http://linktr.ee/Gramedia
Dengan demikian, konsumen di luar daerah Jabodetabek tetap bisa mendapatkan buku yang dikehendaki tanpa harus terbebani ongkos kirim yang tinggi dan waktu tunggu yang lama.
Seberapa pun upaya toko buku dan penerbit menggenjot penjualan buku agar roda industri ini tetap berputar, tentu tak akan maksimal jika tidak menyertakan pembaca.
Menyadari hal ini, beberapa penerbit memanfaatkan sistem Pre-Order agar tetap dapat berproduksi dengan risiko buku tak terjual lebih kecil.
Di antara upaya tersebut, yang bisa disoroti di sini adalah percobaan yang dilakukan oleh Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Darurat korona semula membuat penerbit menunda percetakan buku yang sesungguhnya sudah lama dinantikan pembaca, "Kanker: Biografi Sebuah Penyakit", karya Siddharta Mukherjee, seorang dokter ahli kanker.
Karya Mukherjee oleh para pembaca di Indonesia telah dikenal menarik dan tidak kering, sehingga buku Kanker ditunggu kehadirannya, seperti komentar Instagramer berikut:
@fenty_writer: Narasi Mukherjee mencampurkan pendekatan memoar, sains, dan
sastra ?????????? setuju banget dg mimin!!
Atau @teguhafandi: TEGUH AFFANDI menunggu Kanker versi cetak. Tak sabar lah judul Mukerjee yang menang Pulitzer ini.
Dorongan semacam ini akhirnya ditanggapi dengan membuat program pre-order dengan para pemesan berhak mendapatkan potongan harga sebesar 15 persen, bonus masker, dan nama pemesan dicantumkan dalam halaman apresiasi buku cetakan pertama.
Hasilnya, ternyata pembaca pun paham, bersemangat mendukung, dan hasilnya tidak mengecewakan.
Dalam waktu dua minggu sekitar 600 lebih eksemplar buku setebal hampir 700 halaman itu telah terpesan.
Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), misalnya, mengisi masa kerja dari rumah dengan membuat konten- konten bermutu sekitar buku.
Berbagai program itu diselenggarakan melalui zoom dan disebarluaskan melalui media sosial, Youtube Penerbit KPG dan laman Siapabilang.com.
Siapabilang.com adalah online platform yang sudah kami siapkan sejak akhir 2019 untuk menyuarakan informasi yang jernih dari gelanggang kerja-kerja kreatif dan kebaikan.
Selama masa kerja di rumah, tidak kurang dari 25 konten telah dibuat oleh tim Siapabilang.com
Berbagai macam acara diadakan, termasuk peluncuran buku Re;nkarnasi karya Maman Suherman dengan ilustrasi Hayuning Sumbadra.
Untuk orangtua yang memiliki anak balita, disuguhkan pula acara bincang dengan Youtuber Balita, Pembuat Lagu Anak, dan sekaligus penulis buku seri BALITA. Dibahas dalam acara tersebut adalah cara membaca bersama dengan anak balita.
Acara lain yang juga tidak kalah seru adalah bincang-bincang dengan sejarawan terkemuka dari Oxford University, Peter Carey, yang sedang memperingati ulang tahunnya ke-72.
KPG juga berkolaborasi dengan Tim Inovator 4.0 untuk membuat webinar yang membahas isu-isu seputar COVID19, penelitian mutakhir terkait sains, dan isu sosial seputarnya.
Salah satu pembicara dalam acara Webinar melalui Zoom itu adalah Ketua BNPB, Doni Monardo, yang membeberkan kepada sekitar 300-an partisipan berbagai langkah pemerintah menghadapi pandemi CoVid19.
Langkah-langkah di atas merupakan bagian dari kunci bertahan hidup bagi penerbit.
"Kalau bentuknya buku saja, berapa orang yang terpapar? Gagasan kolaborasi dengan industri lain harusnya dilakukan. Jadi penghasilan tidak hanya bergantung dari penjualan buku, tapi bisa dari pelayanan lain,” ujar Candra Gautama.
Seperti dikatakan CEO Kompas Gramedia, Liliek Oetama melalui surat edarannya bagi para pelanggan Kompas Gramedia, “Di balik tantangan berat yang ditimbulkan Covid-19, diharapkan muncul berbagai inovasi dan kreativitas yang menawarkan cara-cara baru berkarya dan beraktivitas dalam menjalani hidup yang lebih baik setelah pandemi berlalu.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.