Ibu Adi marah karena uang tersebut akan digunakan untuk membayar uang sekolah Adi besok.
Damar kemudian keluar kamar dan berkata, "Ibu bohong, hanya menyenangkan Damar saja." Damar lalu pergi keluar rumah.
Kemudian kakaknya mengejar Damar yang duduk saung tengah sawah. Sang kakak mengajak Damar pulang. Kakaknya meminta Damar melihat rembulan, sama seperti matahari, bulan juga memancarkan cahaya yang bisa membuat orang tidak tersesat di tempat gelap.
Kakaknya juga bilang dia pun merasakan kondisi keluarga yang sedang berat apalagi semenjak bapak sudah tidak ada.
"Ibu kerja sendirian demi kita berdua, tidak perduli itu pekerjaan kasar," kata sang kakak.
"Bapak memberikan aku nama Kirana pasti ada maksudnya, Kirana itu cahaya yang seharusnya bisa menerangi gelapnya keluarga kita," kata kakaknya.
"Tidak berbeda dengan Damar tugasnya sebagai penerang. Kamu yang pintar ya Dek, jangan nyusahin ibu. Kita harus bisa menerangi keluarga seperti namaku dan namamu," kata kakaknya.
Damar kemudian meminta maaf karena telah menyakiti perasaan Ibu. Di kamarnya Damar memecahkan celengannya untuk membantu Ibunya.
Saat ujian nasional selesai, nama Damar diumumkan karena meraih nilai tertinggi dan membuat Ibunya tersenyum.
Di perjalanan ke rumah Damar mengatakan kalau Damar masih bisa melanjutkan sekolah. Namun ia masih ragu apakah akan mampu atau tidak.
Dengan lembut Ibu menjawab, "Bisa, Damar tenang. Untuk sekolah pasti selalu ada rezekinya." "Tuhan tidak tidur," kata Ibunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.