Dalam paparan lainnya, Prof. Ari mengatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan konektivitas budaya atau silaturahmi budaya.
“Para akademisi harus mengenal dunianya, tidak hanya berada di laboratorium atau kamar kerjanya saja untuk menulis artikel ilmiah, melainkan juga harus mampu berinteraksi dengan sekelilingnya, seperti memberikan advis kepada industri/swasta, pemerintah," ujarnya.
Perguruan tinggi juga diharapkan dapat membangun engagement dengan pemerintah, industri, dan masyarakat atau dikenal dengan istilah triple helix, adalah satu hal terpenting.
"Hal tersebut tampak dari sistem perankingan perguruan tinggi dunia yang memberikan bobot 40 persen pada indikator reputasi. Melalui aktivitas triple helix engagement, maka dapat meningkatkan reputasi baik dari sebuah perguruan tinggi,” ujar Prof. Ari.
Prof.Ari mengungkapkan, COVID-19 membuka kesempatan bagi UI untuk mengoptimalkan kerja sama triple helix.
“Sisi positifnya, pandemik ini menjadi katalisator bagi terbentuknya kerja sama antara UI, pemerintah dan swasta, terutama dalam bidang social engagement health service, dan hilirisasi alat kesehatan hasil inovasi UI,” kata Prof. Ari.
Baca juga: Rektor UI: BUMN sebagai Lokomotif Ekonomi Pasca-pandemi
Semasa pandemik COVID-19, UI terlibat lebih dalam lagi di dalam melakukan engagement dengan lingkungannya, salah satunya dengan membangun social engagement health service bagi masyarakat.
UI menyediakan Klinik Satelit Makara UI; Rumah Sakit UI (RSUI) sebagai rumah sakit yang didedikasikan untuk penanganan COVID-19 di Kota Depok; Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI sebagai Lab Pemeriksa COVID-19; para Guru Besar dan Akademisi UI yang terlibat aktif di dalam Satuan Tugas COVID-19; serta merealokasi anggaran UI untuk mendukung RSUI di tengah pandemik ini.
Lebih lanjut, dengan mengadopsi semangat “Kampus Merdeka” yang diusung pemerintah, UI menciptakan social engagement volunteers.
Prof Ari menuturkan, “Dengan adanya COVID-19 ini menyadarkan bahwa ini adalah kesempatan UI untuk mendukung pemerintah."
Salah satunya, UI mempelopori program relawan mahasiswa semester 7 untuk terjun langsung membantu tenaga medis di RSUI dalam penanganan COVID-19, dan para mahasiswa relawan akan memperoleh 3 SKS setelah menyelesaikan aktivitasnya dan membuat laporan.
Program ini membuka nuansa baru karena peminatnya kini tidak hanya datang dari mahasiswa rumpun ilmu kesehatan, melainkan juga menarik minat mahasiswa dari rumpun ilmu sosial.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Nizam mengapresiasi implementasi kampus merdeka di masa pandemik yang telah dilakukan UI, yaitu membuat modul bagi para mahasiswa relawan.
“Menjadi relawan menunjukkan praktik nyata atas kampus merdeka. Antusiasme mahasiswa sangat tinggi untuk menjadi relawan, tercatat dalam kurun waktu tiga hari, 15ribu mahasiswa mendaftarkan diri menjadi relawan. Semangat merah putih para mahasiswa sangat tinggi, dan aksi ini mampu membangun empati dan jiwa kemanusiaan. Kami mengapresiasi UI yang juga menjadikan SKS bagi para mahasiswa yang menjadi relawan,” ujar Prof. Nizam.
Turut hadir sebagai pembicara dalam webinar tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D, Praktisi Pendidikan, Prof. Dr. M. Arief, dan Rektor Universitas Esa Unggul, Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.