KOMPAS.com - Dalam Temu Wicara Pemangku Kepentingan Program Pintar Tanoto Foundation, Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril memberikan penjabaran arah kebijakan Dirjen GTK, salah satunya terkait Merdeka Belajar.
Konsep yang digagas "Mas Menteri" Nadiem Makarim memiliki tujuan jelas yaitu bagaimana kualitas belajar murid kualitas yang holistik.
Menurut Iwan, “merdeka bukan berarti merdeka asal-asalan, seperti halnya Indonesia merdeka bukan berarti Indonesia negara asal-asalan, kita memiliki tujuan yang jelas, kita memiliki konsep yang jelas.”
Ia melanjutkan, “ tujuan utama merdeka belajar adalah murid. Murid adalah hal terpenting, apapun yang kita lihat di Kemendikbud dan semua pemangku kepentingan melihat hal yang sama.”
Iwan menegaskan, "orientasi kita adalah murid, bukan individu, bukan daerah, bukan kelompok, bukan golongan, tapi adalah murid, anak-anak Indonesia."
Baca juga: New Normal Pendidikan yang Berorientasi Pada Siswa
"Murid dalam konsep ini adalah hasil belajar murid, kualitas belajar murid kualitas yang holistik," tambah Iwan.
"Kalau memakai bahasa Ki Hadjar Dewantara: tumbuh kembang secara cipta, rasa, karsa dan raga. Cipta artinya secara kognitif, rasa secara afektif, karsa itu kemauannya dan raga itu fisiknya," jelas Iwan.
Di abad 21 perubahan berkembang begitu cepat, begitu pula dengan kompetensi. Kemendikbud merubah asesmen dari UN menjadi asesmen kompetensi minimum dan karakter.
"UN itu berfokus pada penguasaan konten sementara kompetensi minimum dan karakter berfokus kepada skill atau keterampilan yang sifatnya fleksibel," kata Iwan
"Literasi dan numerasi yang di gagas dalam asesmen kompetensi minimum ini yang sifatnya lintas mata pelajaran dan karakter softskill itu sangat di butuh kan di abad ke 21," ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.