Soal kisah masa kecilnya yang hidup di hutan, Sawitri menuturkan bahwa hutan menjadi bagian dari rumahnya. Sejak kecil sering diajak ayahnya menyemai benih dan melakukan budi daya tanaman hutan.
“Saat itu saya sudah diajari menghafal jenis-jenis pohon dan nama ilmiahnya, saya suka belajar itu,” kenangnya.
Sawitri bilang ia dan keluarganya terbiasa hidup sederhana. Kesederhanaan timbul karena mereka tinggal di hutan.
Tempat tinggal yang jauh dari kampung menjadikan ia tidak memiliki teman bermain setelah pulang sekolah. Ia pun memilih membaca buku di rumah.
“Kami tidak punya TV sampai sekarang, tidak ada hiburan untuk membunuh waktu. Pelariannya, ya, membaca buku, dulu di Wanagama ada perpustakaan, saya suka baca buku apa saja, meskipun bukunya terbitan lama,” terangnya.
Baca juga: 28 Prodi UGM Raih Akreditasi Unggul BAN PT
Bukan hanya tidak memiliki televisi di rumah, melainkan untuk pergi ke sekolah setiap pagi saja saja harus berjalan kaki melewati hutan agar bisa sampai ke kampung terdekat.
“Minder pasti ada, saya pulang saat panas terik dengan harus jalan kaki jauh, tidak diberi uang jajan, sedangkan anak yang lain naik angkot bahkan ada yang naik motor,” kenangnya.
Hidup terbiasa dengan kondisi prihatin memotivasi Sawitri untuk melanjutkan studi hingga jenjang S3.
Ia berharap bisa menyenangkan kedua orang tuanya suatu saat kelak.
“Berkat kekuatan doa dan tekad mereka bisa mendukung saya hingga bisa kuliah S3 sekarang ini,” kata Sawitri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.