KOMPAS.com - Saat anak berusia 4-6 tahun, daya berpikirnya mulai jalan. Bahkan ada yang suka dengan bermain teka-teki.
Biasanya, anak prasekolah tepatnya usia mulai 4 sampai 6 tahun memang senang bermain teka-teki. Kesenangan ini muncul karena pengaruh lingkungan.
Tentu ketika anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya yang sebaya maupun berumur di atasnya.
Ketika anak berinteraksi, bisa jadi ia mendengar atau mengamati teman-temannya bermain teka-teki. Bisa juga, main tebak-tebakan ini datang dari orang tua atau pengasuhnya.
Baca juga: Kemampuan Pemecahan Masalah pada Anak PAUD Bisa Dikembangkan, Ini Tipsnya
Tak hanya itu saja, pengaruh lainnya bisa lewat media, baik televisi atau media cetak. Bahkan, beberapa majalah anak menyediakan kolom khusus teka-teki beserta hadiah bagi pengirim jawaban yang benar.
Dengan kosakata, pengalaman dan kemampuan kognitif yang juga sudah berkembang, anak sudah bisa mencari jawaban dari potongan-potongan informasi yang dinamakan petunjuk.
Jawaban itu bisa dia peroleh dari pengalamannya sehari-hari. Semakin kaya wawasan anak, maka semakin mudah dia menjawab.
Tentunya, anak tidak tiba-tiba bisa bermain teka-teki yang rumit, melainkan dimulai dari soal-soal sederhana. Jadi, sesuai kemampuan kognisinya, teka-teki anak prasekolah umumnya cukup sederhana.
Jadi, permainan teka-teki dapat mengasah kreativitas dan memperkaya wawasan anak. Karenanya, sebaiknya orang tua menanggapi pertanyaan teka-teki anak.
Memikirkan dan menjawabnya secara serius sehingga anak merasa dihargai. Hindari jawaban asal-asalan yang bisa membuat anak malas memberikan soal teka-teki lagi.
Terkait hal itu, teka-teki dapat memberikan dampak bagi kita dalam pendidikan di keluarga maupun di masyarakat.
Melansir laman Sahabat Keluarga Kemendikbud RI, berikut beberapa manfaat main teka-teki kreatif untuk kecerdasan otak anak:
Saat anak mendapat teka-teki, anak akan menyisir semua arsip yang ada di kepalanya untuk dicocokkan dengan petunjuk yang ada. Karenanya permainan ini sangat baik untuk menjaga daya ingat anak.
Selain itu, sangat mungkin anak menemukan kosakata baru yang belum dikuasainya. Dengan begitu wawasan anak semakin kaya, kosakatanya pun bertambah.
Anak bisa belajar mengklasifikasikan, mana yang termasuk kategori buah-buahan, binatang, kendaraan dan sebagainya.