Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar IPB soal Virus Corona: Ada Satu Hal yang Misterius

Kompas.com - 20/07/2020, 11:33 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Departemen Biokimia IPB University sekaligus Virolog di Laboratorium Eijkman Prof. Dr I Made Artika menuturkan, setidaknya ada satu hal yang misterius dari virus corona penyebab Covid-19.

Hal tersebut ia sampaikan pada webinar yang diselenggarakan Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University bertajuk ‘Mengenal Virus, Vaksin, dan Sistem Imun’, yang dirangkum dari laman IPB.

Ia mengatakan, hal yang masih misterius dari virus corona penyebab Covid-19 ialah kecepatan penularannya yang sangat tinggi.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Penurun Asam Urat

Virus corona yang menginfeksi manusia, lanjut dia, sebenarnya sudah teridentifikasi sejak tahun 1966, namun virus corona tersebut tidak begitu berbahaya karena bersifat low pathogenic.

Virus corona yang sangat berbahaya atau bersifat highly pathogenic (menyebabkan penyakit) mulai muncul pada tahun 2002 yang diberi nama SARS-CoV yang mulai berkembang di China dan merebak pada tahun 2003 hingga tahun 2004.

Kemudian pada tahun 2012 muncul virus corona highly pathogenic yang kedua yaitu MERS-CoV yang menjadi wabah di Timur Tengah.

Kemudian sejak Desember 2019 lalu, ada virus corona jenis baru yang juga tergolong highly pathogenic dan saat ini menimbulkan pandemi, yaitu SARS-CoV-2.

Baca juga: BMKG: Aktivitas Gempa Bumi Meningkat 11.000 Kali

Penyakit yang diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 lah yang disebut Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19.

Virus corona terbaru ini dinilai lebih berbahaya karena mengakibatkan pandemi hingga entah sampai kapan dan telah menginfeksi sekitar 13 juta orang di seluruh dunia serta menelan korban lebih dari 570 ribu orang.

Sebagai upaya pencegahan dari Covid-19, Prof. Dr I Made mengimbau masyarakat untuk terus mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan instruksi WHO seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan, mencuci tangan menggunakan sabun dan mengonsumsi makanan bergizi.

Ia menjelaskan, membran lipid pada struktur virus corona dapat dirusak oleh sabun atau detergen, demikian pula protein struktur virus bisa didenaturasi atau dikoagulasi oleh alkohol.

Baca juga: Kemendikbud Buka Pendaftaran Guru Penggerak, 2.800 Guru Akan Direkrut

Dalam kesempatan yang sama, Dosen Biokimia Medis IPB University mengatakan dalam tubuh manusia banyak zat asing yang merupakan ancaman bagi tubuh yang disebut patogen.

"Agar tidak masuk dan mengganggu fungsi tubuh, harus ada sistem yang bertugas mencegah dan menahan patogen tersebut," kata dia.

Ia pun mengibaratkan sistem imun itu seperti sistem pertahanan dalam suatu negara.

“Suatu negara ada instansi yang berfungsi untuk menjaga ketahanan negara. Seperti juga dalam tubuh kita yang ada sistem pertahanan, di situlah peran dari sistem imun,” ujarnya dosen yang juga berperan sebagai Dokter Umum di Poliklinik IPB University.

Lebih lanjut ia menjelaskan jika setiap individu atau tubuh seseorang memiliki respon imun yang berbeda.

Baca juga: Info Lowongan Kerja BNI, Terbuka untuk Fresh Graduate

Sehingga peran vaksinasi atau imunisasi dinilai penting untuk melatih sistem imun dalam menghadapi patogen tertentu.

Sementara itu, Prof Made menyampaikan vaksin adalah mikroorganisme utuh atau bagian dari virus tersebut. Vaksin juga dapat berupa virus lemah yang masih aktif yang dapat dibiakkan di dalam tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Minat Siswa Belajar Sains Menurun, Wakil Dekan FMIPA UGM Ungkap Penyebabnya

Edu
Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Beasiswa JIS untuk Siswa Kelas 8-10, Gratis Biaya Sekolah Sampai Lulus

Edu
Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Ramai Tagar KaburAjaDulu, Cek 10 Beasiswa S1-S3 Gratis ke Luar Negeri Tak Wajib Pulang ke Indonesia

Edu
Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Menteri Mu’ti: ASN Harus Kerja Lebih Cerdas dan Inovatif di Tengah Efisiensi Anggaran

Edu
Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Syarat Nilai Rapor untuk Daftar IPDN dan Jurusannya, Kuliah Gratis Bisa Jadi CPNS

Edu
Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Kemenag: 39.012 Siswa Daftar Madrasah Aliyah Unggulan Tahun 2025

Edu
Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Anak Usaha PT KAI Buka Lowongan Kerja Pramugara-Pramugari 2025, Lulusan SMA Bisa Daftar

Edu
Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Pendanaan Riset Kampus Swasta, Mendikti Brian Akan Dorong Industri Investasi Riset

Edu
Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Mendikti Brian Sebut Kampus Vokasi Juga Bekali Sains dan Teknologi

Edu
Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Tes CBT Masuk MAN Unggulan Berlangsung 2 Hari, Catat Tanggal Pengumumannya

Edu
Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Kemendikdasmen: Pembelajaran Saat Ramadhan 2025 Jangan Membebani Siswa

Edu
Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang 'Hadir' di Masyarakat

Viral Kabur Aja Dulu, Dosen UGM: Itu Karena Negara Kurang "Hadir" di Masyarakat

Edu
39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

39 Ribu Lebih Siswa Ikuti Seleksi Masuk MAN Unggulan 2025

Edu
8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

8 Makanan Manusia Boleh Dimakan Kucing, Dosen IPB: Ada Sayuran

Edu
Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Cerita Vicky Jadi Guru PAUD di Jerman, Gaji Rp 60 Juta Per Bulan

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau