Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seleksi Ketat, Ini Tanggapan PGRI dan Ormas di Program Organisasi Penggerak

Kompas.com - 23/07/2020, 09:52 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

Muhammad Syafi’ie El-bantanie, Direktur Pendidikan Dompet Dhuafa Pendidikan, mengakui proses seleksi program ini dilakukan secara ketat dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Kami berkeyakinan Kemendikbud telah merancang POP dengan baik dan serius,” kata Syafi’ie di Jakarta, Rabu (22/7/2020).

Dia menjelaskan, Dompet Dhuafa merupakan lembaga sosial dan kemanusiaan yang berkhidmat memberdayakan masyarakat marjinal melalui lima pilar program, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, dan dakwah.

Sedari awal, tim Dompet Dhuafa menyiapkan konsep program dengan matang berdasarkan pengalaman panjang bekerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan.

“Kami mengalami betul, bisa melewati proses seleksi ini tidaklah mudah,” terang Syafi’ie.

Baca juga: Nadiem: Jadi Relawan Organisasi Penggerak, Mahasiswa Dapat 20 SKS

Salah satu tahapan yang paling berat adalah verifikasi faktual langsung ke kantor. Semua fakta dicek, termasuk administratif organisasi.

“Alhamdulillah, pada akhirnya Dompet Dhuafa menjadi salah satu organisasi masyarakat yang dinyatakan lolos seleksi untuk menjadi mitra Kemendikbud dalam POP untuk memajukan pendidikan Indonesia,” tegasnya.

Syafi’ie menjelaskan Konsep Dompet Dhuafa bertumpu pada tiga pilar, yaitu kepemimpinan pendidikan, sistem instruksional, dan budaya sekolah.

Dengan melakukan intervensi pada tiga pilar tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas sekolah, guru, dan murid.

Sebab, semakin banyak sekolah yang diintervensi, akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di daerah tersebut. “Pada akhirnya akan terjadi transformasi kualitas pendidikan Indonesia. Inilah harapan kami bergabung dalam POP Kemedikbud,” kata Syafi’ie.

Indonesia Mengajar

Ayu Apriyanti, Direktur Indonesia Mengajar menyatakan proses evaluasi POP di tengah pandemi menjadi tantangan baru bagi para peserta.

Beberapa persiapan dan koordinasi internal harus dilakukan tanpa tatap muka. Kendati dalam kondisi terbatas, proses evaluasi berjalan sangat ketat. Bahkan, kunjungan dan wawancara langsung tetap dilakukan dengan menjalankan protokol Kesehatan Covid-19.

Menurut Ayu, situasi ini menjadi pembelajaran karena kondisi kebiasaan baru tidak menghalangi masyarakat bergerak dan bekerja bagi pendidikan Indonesia.

“Jika dipikir anak-anak di Indonesia tetap tumbuh dari hari ke hari, tidak peduli ada pandemi atau tidak. Salut untuk tim yang tetap semangat menjalankan proses evaluasi ini,” tegasnya.

Ayu menilai, keberagaman organisasi penggerak menjadi bukti gotong-royong memajukan pendidikan nasional.

“Dari awal ini bukan tentang Organisasi Penggerak tetapi tentang anak-anak Indonesia, kami berharap pendidikan anak Indonesia bisa selalu jadi tujuan akhirnya," ujarnya.

Ayu menambahkan, "Akan ada banyak pembelajaran di sepanjang proses dan kami yakin, selain anak-anak, guru dan kepala sekolah, siapapun yang terlibat akan ikut bertumbuh ketika menjalankan program ini.” 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com