KOMPAS.com - Seringkali siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring karena gawai atau HP harus berbagi dengan orangtua yang bekerja. Hal itu juga yang dialami Tri Heni Endang Rochana Pamiluwati, guru Kelas VI SDN 25 Pekanbaru, Riau.
Heni sudah sering memfasilitasi pembelajaran daring dengan memanfaatkan aplikasi Zoom. Namun tingkat partisipasi siswa sangat rendah. Rata-rata yang ikut tidak lebih dari 10 dari 33 siswa.
“Kendalanya, ada siswa yang punya hp namun harus bergantian dengan kakaknya yang di SMP atau hp harus menunggu orangtuanya pulang bekerja. Jadi sangat tidak efektif,” kata Heni.
Untuk menyiasatinya, Heni mengajak orangtua dan siswa menyelenggarakan pembelajaran di akhir pekan. Tujuannya untuk memperkaya penguasaan materi pembelajaran siswa.
Baca juga: Mengembalikan Roh Pendidikan lewat Pedagogi Belajar Daring dari Rumah
“Kalau hari Minggu HP orangtua bisa dipinjam anak-anak untuk belajar. Selain itu, anak-anak yang punya kakak di SMP tidak terganggu. HP di hari Minggu bisa mereka pinjam untuk belajar,” ungkap Heni lebih jauh.
Mayoritas wali murid SDN 25 Pekanbaru bekerja sebagai pedagang dan buruh serabutan. Hanya sedikit yang bekerja sebagai pegawai tetap.
Meskipun pembelajaran di lakukan di hari Minggu dan dilakukan di rumah masing masing, Heni sebagi guru tetap mengenakan seragam dinas dan para siswa pun mengenakan seragam merah putih. Hal ini bertujuan untuk memberikan suasana hangat seperti belajar di kelas.
Lebih jauh Heni menceritakan, meski dilakukan pada akhir pekan tidak seluruh siswa bisa turut hadir.
"Itupun sempat putus nyambung internetnya," cerita Heni. "Anak anak lain kemungkinan tidak memiliki kuota internet, atau orangtuanya tetap bekerja di hari Minggu," tambahnya.
Meski cukup sulit menjangkau seluruh siswa belajar secara daring, Heni mengaku ketrampilan guru mengombinasikan pembelajaran daring, luring menjadi pembelajaran blended cukup menguras tenaga dan pikiran.
"Ibu tidak akan patah semangat dan putus asa. Selama anak-anak ibu masih bisa tersenyum melihat kehadiran Bu Heni, itu cukup memberikan kekuatan bagi Ibu untuk tetap mencoba dan berusaha sebaik mungkin," ungkap Heni tak patah semangat.
Dengan pembelajaran di hari Minggu para wali murid merasa dapat terbantu.
“Saya sangat mendukung dengan pembelajaran di hari minggu. Karena memang di hari kerja hp kami pakai untuk bekerja. Di hari Minggu saya juga bisa menemani total anak-anak belajar,” tutur Nuraini orangtua dari salah seorang siswa.
Baca juga: Guru, Ini Pesan Presiden Jokowi Selama Belajar dari Rumah Masa Pandemi
Meski dengan segala keterbatasan, Heni dalam proses pembelajarannya tetap melaksanakan pembelajaran yang mendorong siswa belajar aktif.
Seperti hari Minggu lalu (13/9/2020), ia mengajak 25 siswanya mempelajari ciri-ciri khusus tumbuhan dengan melakukan pengamatan langsung secara daring.
“Saya mengajak anak-anak mengamati ciri-ciri khusus tumbuhan dari ilustrasi video tiga dimensi, lalu mereka saya minta mengamati ciri-ciri khusus tumbuhan yang ada di sekitarnya. Melalui tatap muka daring anak-anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya," cerita Heni.
"Mereka juga bisa berpresentasi dari hasil pengamatannya," kata Heni yang juga fasilitator pembelajaran Tanoto Foundation.
Untuk siswa yang tidak bisa mengakses pembelajaran tatap muka daring, Heni menyiasatinya dengan pemberian tugas yang dikirimkan melalui WhatsApp atau diambil di sekolah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.