Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

"Baru Tahu Rasanya Jadi Guru..."

Kompas.com - 23/09/2020, 15:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Titien Suprihatien | Guru SMP Negeri 11 Batanghari, Jambi

KOMPAS.com - Setelah guru tiada baru terasa. Kini banyak orangtua menyadari, bahwa mendidik anak tidak mudah. Enam bulan sudah berlalu, pembelajaran jarak jauh berjalan penuh lika-liku.

Banyak cerita, banyak suka duka, banyak tetes air mata, dan banyak pengaduan.

Setidaknya ada lebih dari 246 pengaduan soal pembelajaran daring hingga Agustus 2020, berdasar survei di 35 provinsi. Begitu yang disampaikan komisioner komisi perlindungan anak, Retno Listiyarti. Salah satu keluhan dari orangtua adalah banyaknya tugas yang harus dikerjakan siswa.

Tugas anak tidak beres, orangtua stres

Belajar dari rumah membuat orangtua berasa kembali menjadi siswa. Mereka harus mendampingi anak-anak belajar di rumah.

Tugas-tugas dari semua mata pelajaran, target waktu mengumpulkan, atau komentar dari para guru membuat orangtua terkadang menjadi stres dan galau dalam mendampingi anaknya.

Baca juga: Memastikan Tidak Terjadi (Lagi) Kekerasan Saat Belajar dari Rumah

Sebagian orangtua ingin anaknya menuntaskan tugas lebih awal. Kemudian mengirimkan tugas tersebut, mendapatkan nilai, pujian, dan komentar dari guru serta sesama orangtua.

Adalah suatu prestasi dan sudah menjadi gengsi sosial di masa pandemi ini, ketika orangtua memposting kegiatan belajar dan hasil belajar anaknya di rumah di media sosial. Hal ini kadang membuat orangtua melakukan pemaksaan kepada anaknya.

Anak tetaplah anak, kapasitas alaminya tidak lepas dari bermain dan bergembira. Kenyataan ini terkadang sulit untuk dimaklumi oleh orangtua. Banyak terdengar suara ibu yang menjerit, marah dan membentak anaknya karena tidak mau belajar.

Bahkan ada juga orangtua yang tanpa sadar menyakiti anaknya secara fisik karena bisa mengerjakan tugas dengan benar. Kekerasan tidak seharusnya terjadi. Apalagi dalam mendidik anak sendiri.

Kekerasan fisik dan mental akan merusak jiwa raga anak. Hatinya terluka dan akan tetap menggores hingga mereka dewasa.

Kerja sama guru dan orangtua

Pembelajaran jarak jauh tidak akan berhasil jika dilakukan sendiri-sendiri. Guru dan orangtua harus satu rasa dan satu karsa dalam menyukseskan kegiatan belajar dari rumah. Bekerja sama sesuai dengan peran masing-masing.

Peran guru

Pastikan pembelajaran jarak jauh disajikan guru secara mudah, bermanfaat, kontekstual dan menyenangkan. Guru harus merenovasi materi pembelajaran agar menjadi lebih menawan.

Merehab materi sulit menjadi mudah, menyulap tugas-tugas pelik menjadi tugas asyik. Guru harus memberikan waktu yang luas bagi siswa untuk memaknai materi pelajaran secara mandiri. Berikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berkarya.

Guru harus menyadari bahwa mereka bukanlah debt collector tugas. Hindari menagih tugas secara berulang dan diketahui publik. Apalagi kepada orangtua siswa.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau