KOMPAS.com - Di tengah pandemi, perubahan terus terjadi. Guru perlu memiliki semangat untuk beradaptasi secara kreatif, berinovasi, dan memberikan dampak positif demi generasi yang akan datang.
Pendidikan yang efektif diyakini dapat terjadi ketika guru mengerti perkembangan anak serta memahami bagaimana cara mengakomodasi kebutuhan anak dengan menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan cara belajar siswa.
Itulah yang menjadi alasan HighScope Indonesia rutin menggelar professional development yang terstruktur sekaligus Konferensi Tahunan HighScope Indonesia sejak tahun 2011.
Pendiri dan CEO HighScope Indonesia Antarina S.F Amir mengatakan, konferensi yang diadakan secara online ini mengundang lebih banyak ahli.
Baca juga: Intip Biaya Kuliah S1-S2 di 3 Negara: Australia, Selandia Baru, Inggris
"Kita tetap harus mengambil perspektif yang positif. Dari menjadi guru di HighScope, kita belajar bahwa masalah dan konflik merupakan kesempatan untuk berkembang, untuk belajar, dan bisa menjadi sebuah teachable moment. Kita bersemangat sekali untuk belajar dari ahli-ahli ini, baik dari Indonesia maupun Internasional," papar Antarina dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (1/10/2020).
Konferensi tahunan 2020, kata dia, bertujuan untuk memberikan dukungan maksimal pada seluruh guru untuk beradaptasi dalam memberikan strategi pengajaran yang efektif di situasi pandemi.
Dengan begitu, seluruh siswa tetap semangat belajar dan memahami seluruh materi ajar.
Termasuk didedikasikan untuk membangun komunitas belajar untuk para guru, kepala sekolah, dan profesional pendidikan lainnya yang berkumpul bersama untuk merefleksikan pengalaman dan praktik terutama selama pendidikan jarak jauh (PJJ).
Baca juga: Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2020 Dibuka, 31.800 Orang Telah Daftar
Home-Based Interactive Learning (HBIL) menjadi sistem pembelajaran alternatif HighScope Indonesia untuk memastikan kondisi siswa kondusif dan aman.
Selama HBIL, nilai-nilai untuk beradaptasi secara kreatif, berinovasi, dan berdampak positif terus diberikan. Terutama penguasaan life skills yang berhubungan erat dengan kebiasaan sehari-hari siswa.
HighScope Indonesia juga menerapkan pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan anak agar mampu menghadapi masalah yang belum diketahui, untuk pekerjaan yang saat ini belum ada, atau bahkan menggunakan teknologi yang mungkin belum diciptakan.
Baca juga: Murid Kelas 10 Kreasikan Tenun Jadi Fesyen Milenial, Beromzet Ratusan Juta
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril yang hadir sebagai pembicara mengatakan, sektor pendidikan belum mengalami banyak perubahan padahal era industri sudah berubah cepat.
"Pendidikan membutuhkan suatu transformasi dan ini merupakan tantangan yang sangat besar terutama di tingkat kebijakan. Banyaknya perubahan di sisi teknologi, sosio-kultural, dan lingkungan memberikan tantangan tersendiri. Hal ini mendorong Kemendikbud untuk memikirkan bagaimana sektor pendidikan harus bertransformasi untuk menjawab tantangan tersebut,” tuturnya.
Selain Iwan, konferensi juga dihadiri sejumlah pembicara, antara lain Presiden dari HighScope Educational Research Foundation Alexandra Barraza, Konsultan Pendidikan Internasional Lee Ann Jung, Mike Anderson, Petteri Elo, Barbara Bray, serta Pengarang Terlaris ISTE L. Robert Furman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.