Selama HBIL, nilai-nilai untuk beradaptasi secara kreatif, berinovasi, dan berdampak positif terus diberikan. Terutama penguasaan life skills yang berhubungan erat dengan kebiasaan sehari-hari siswa.
HighScope Indonesia juga menerapkan pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan anak agar mampu menghadapi masalah yang belum diketahui, untuk pekerjaan yang saat ini belum ada, atau bahkan menggunakan teknologi yang mungkin belum diciptakan.
Baca juga: Murid Kelas 10 Kreasikan Tenun Jadi Fesyen Milenial, Beromzet Ratusan Juta
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril yang hadir sebagai pembicara mengatakan, sektor pendidikan belum mengalami banyak perubahan padahal era industri sudah berubah cepat.
"Pendidikan membutuhkan suatu transformasi dan ini merupakan tantangan yang sangat besar terutama di tingkat kebijakan. Banyaknya perubahan di sisi teknologi, sosio-kultural, dan lingkungan memberikan tantangan tersendiri. Hal ini mendorong Kemendikbud untuk memikirkan bagaimana sektor pendidikan harus bertransformasi untuk menjawab tantangan tersebut,” tuturnya.
Selain Iwan, konferensi juga dihadiri sejumlah pembicara, antara lain Presiden dari HighScope Educational Research Foundation Alexandra Barraza, Konsultan Pendidikan Internasional Lee Ann Jung, Mike Anderson, Petteri Elo, Barbara Bray, serta Pengarang Terlaris ISTE L. Robert Furman.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan