Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Strategi Atasi Tantangan PJJ Anak Berkebutuhan Khusus

Kompas.com - 05/11/2020, 11:14 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 bukan hanya memengaruhi sistem pendidikan biasa, melainkan juga menjadi tantangan baru bagi guru Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Diana Shanty selaku salah satu guru dari Sekolah Luar Biasa Swasta (SLBS) Putra Hanjuang, Bungbulang, Garut, Jawa Barat mengatakan bahwa guru harus menemukan cara untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi ABK selama pandemi Covid-19.

Setelah ia dan rekan-rekannya mengkaji ulang model PJJ, Diana melihat bahwa adanya integrasi teknologi dalam PJJ sehingga menjadi rintangan baru.

Baca juga: PMPK Kemendikbud: Masih Ada Kesenjangan Pendidikan ABK dan Dunia Kerja

“Ini juga merupakan suatu rintangan juga, di mana kita mungkin Sumber Daya Manusia (SDM), baik para pendidiknya maupun orangtua yang sangat kurang terhadap teknologi. Kami cobakan untuk diimplementasikan sedikit demi sedikit, untuk dikenalkan teknologi sedikit demi sedikit dalam pembelajaran jarak jauh,” cerita Diana pada Rabu (4/11/2020).

Dalam webinar yang diadakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diana memaknai PJJ sebagai pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

“Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik, meski tidak selalu bisa bertatap muka secara langsung antara guru dan peserta didik,” jelasnya lewat webinar bertemakan Inovasi dan Pengabdian bagi Pendidikan Inklusi.

Guru sekaligus operator di SLBS Putra Hanjuang ini membagikan sistem ASIK yang selama pandemi Covid-19 ia ingat dan terapkan dalam PJJ.

Sistem ASIK merupakan singkatan dari Alternatif, Strategi, Inovatif, dan Komunikatif.

Alternatif cara pengajaran

Pada bagian alternatif, Diana membaginya menjadi tiga model pengajaran saat pandemi Covid-19, yaitu dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring), dan blended atau campuran (daring dan luring).

Daring merupakan pengajaran menggunakan gawai dan jaringan internet melalui aplikasi pembelajaran ataupun Learning Management System (LMS).

Sementara itu, luring merupakan pembelajaran tanpa menggunakan internet, bisa dari televisi, radio, modul belajar mandiri, Lembar Kerja Siswa (LKS), bahan belajar cetak, dan bahkan alat peraga dan media belajar dari benda-benda di lingkungan sekitar. 

Namun, bila sekolah bisa melakukan pembelajaran daring dan luring juga tidak masalah.

Pasalnya untuk pemilihan cara pengajaran, Diana menuturkan bahwa hal tersebut tergantung dari situasi dan kondisi maupun rintangan yang sedang sekolah hadapi.

“Itu alternatif (adalah singkatan) yang pertama. Kita coba nih apa yang akan kita implementasikan,” imbuh Diana.

Baca juga: Perhatikan Pendidikan Seks Tunagrahita, Kemendikbud Luncurkan Modul PKRS

Strategi terbaik untuk ABK

Dari rintangan yang ada, sekolah dapat menggunakan berbagai strategi yang cocok dengan kriteria peserta didiknya.

“Tentunya semua strategi adalah baik, tetapi tergantung kita bagaimana menerapkannya,” lanjut Diana lewat aplikasi Zoom.

Ia pun membagikan tiga strategi yang selama ini diterapkan saat PJJ.

1. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan

Dalam strategi ini, Diana menyesuaikan kedalaman materi pembelajaran dengan kemampuan peserta didiknya. Namun, hal ini berbeda dengan pengajaran individual.

“Pengajaran individual adalah pengajaran satu per satu siswa, tetapi ini adalah strategi pengajaran yang diindividualisasikan karena biasanya untuk para pendidik berkebutuhan khusus, ini disesuaikan dengan kemampuan mereka sehingga anak bisa berinteraksi sesuai dengan minatnya. Kemudian kemampuan belajar, mengadakan pusat belajar,” jelasnya.

2. Strategi kooperatif

Diana memaparkan, kooperatif merupakan kemampuan heterogen untuk membangun semangat, kekeluargaan, dan keakraban.

Salah satu finalis penghargaan Guru dan Kepala Sekolah Dedikasi, Inovasi, dan Inspirasi ini menjabarkan pengalamannya saat mengadakan pembelajaran luring dengan strategi kooperatif.

“Ketika anak-anak berkebutuhan khusus terkadang ada kakaknya, ada teman-temannya juga di lingkungan sekitarnya atau bahkan mungkin ada adik-adiknya. Saya selalu bilang, ‘Oh iya boleh ya, dik. Nanti belajar bersama-bersama',” ucap Diana.

Dari tindakannya, Diana ingin ABK untuk belajar bersama anak-anak lainnya supaya semangat, kekeluargaan, dan keakraban dapat terbangun.

3. Strategi modifikasi tingkah laku

Tujuan pertama dalam strategi ini ialah mengubah, menghilangkan, atau mengurangi tingkah laku tidak baik menjadi baik.

Kemudian, guru dapat memberikan penguatan kepada anak atau reinforcement seperti hadiah, pujian, dan elusan. Guna untuk mendorong Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) lebih semangat dalam belajar.

“Kalau saya biasanya gini, saya udah kasih modul. Di dalam modulnya itu di akhir ada seperti bintang. Nanti kalau adik bisa menyimpan bintang ini lebih banyak, nanti boleh Ibu berikan hadiah ya. Dari 3 bintang misalnya, diberikan sebuah hadiah untuk anak supaya lebih semangat,” tutur Diana.

Inovatif supaya menarik

Dengan konteks inovatif, guru dapat membuat media belajar yang menarik sebagai alat fisik untuk menyampaikan isi materi pembelajaran yang bermanfaat.

Syarat pembuatan media pembelajarannya adalah harus bisa menyajikan pesan pembelajaran menjadi jelas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.

Selain itu, media belajar harus dapat menarik keterlibatan dan motivasi siswa serta mengubah pengalaman abstrak menjadi konkret.

“Jenisnya juga ada banyak secara media visual, seperti contohnya hanya fokus pada indra penglihatan. Contohnya seperti buku, modul, jurnal, poster, dan media realitas alam sekitarnya,” jelas Diana.

Kemudian ada media audio yang hanya fokus untuk melibatkan indra pendengaran seperti musik dan bunyi-bunyian di alam.

Jenis yang ketiga adalah audio visual yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran. Film, iklan, dan video, misalnya.

Keempat, guru dapat membuat media pembelajaran yang multimedia dengan menggunakan beberapa jenis media secara terintegrasi. Contohnya adalah aplikasi komputer yang interaktif.

Dalam membuat media pembelajaran, Diana mengatakan bahwa guru harus memerhatikan beberapa hal di bawah ini.

  1. Harus terbuat dari bahan yang aman sehingga tidak membahayakan PDBK.
  2. Alat dan bahan mudah diperoleh di lingkungan sekitar.
  3. Media bisa digunakan oleh anak.
  4. Warna disesuaikan dengan karakteristik anak.
  5. Media tidak abstrak karena untuk membantu menjelaskan materi dari abstrak ke semi konkret menuju konkret.

Bangun komunikasi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau