Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2020, 11:34 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh : Nadira Yasmine | Editor Gramedia Pustaka Utama Non Fiksi

KOMPAS.com - Belakangan ini, kata “depresi” dan “kesehatan mental” menjadi topik yang sering diperbincangkan. Faktanya, bulan lalu, tepatnya pada 10 Oktober, dikenal sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia, karena itulah banyak yang membicarakan kedua hal tersebut.

Depresi sendiri tidak bisa dipisahkan dari kesehatan mental. Lantas, apa itu depresi?

Saya mencoba memahami depresi dengan membaca buku yang ditulis oleh Matt Haig dengan judul "Alasan untuk Tetap Hidup".

Menurut Matt Haig, “depresi itu misterius, bahkan bagi penderitanya. Depresi tampak berbeda bagi setiap orang.”

Depresi begitu kompleks tetapi sangat nyata, meskipun tak kasatmata. Itulah mengapa muncul banyak stigma yang ditujukan bagi orang dengan depresi, seolah-olah mereka tidak waras, aneh.

Mengurangi stigma tersebut adalah salah satu alasan Matt menulis buku ini, selain juga untuk meyakinkan penderitanya bahwa ada cahaya di ujung terowongan, bahwa depresi bisa disembuhkan.

Baca juga: Menjalani Hidup Antigalau di Usia 20-an

"Alasan untuk Tetap Hidup" adalah perjalanan hidup Matt dari lembah kelam depresi menuju cahaya. Ya, Matt adalah penyintas depresi dan gangguan kecemasan.

Ia bahkan hampir mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing. Namun, ia mengurungkan niatnya itu karena menemukan berbagai alasan untuk tetap hidup.

Di buku ini, selain menceritakan kisah hidupnya melawan depresi dan gangguan kecemasan, Matt juga membuat daftar tentang alasan untuk tetap hidup, gejala orang dengan depresi, serta apa yang harus dilakukan seorang caregiver.

Matt juga menjelaskan bahwa depresi bisa mengikuti semua orang, tidak terkecuali selebritas dan tokoh penting lainnya. Depresi juga tidak memandang umur, gender, ras, dan status ekonomi seseorang. Depresi itu ada dan bisa disembuhkan.

Membaca buku ini seperti memiliki teman untuk menguatkan, teman yang memahami apa yang terasa ada tetapi tak terlihat, teman yang sudah melewatinya dan berhasil keluar.

Mengutip Matt, “berbicara tentang depresi kepada orang lain dan menulis tentang hal itu akan membuat kita terhubung dengan satu sama lain, dan juga dengan diri kita yang sejati.”

Bagi Matt, menulis buku ini adalah salah satu terapi yang membantunya. Bagi saya, membaca buku ini adalah langkah awal untuk memahami depresi, memahami diri, dan melawan stigma.

Peminat buku ini dapat memesan melalui: https://myvalue.app.link/promo/8290/diskon-25-buku-alasan-untuk-tetap-hidup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau