KOMPAS.com - Dalam menghadapi tantangan dan memenangkan kompetisi dunia kerja, terdapat dua keterampilan (skills) yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi.
Hal tersebut disampaikan oleh dua alumni IPB University yakni Achmad Kusna Permana sebagai Presiden Direktur PT Muamalat Indonesia dan Dwi Asmono sebagai Direktur PT Sampoerna Agro.
Dalam paparannya, Achmad menjelaskan dalam menghadapi tantangan dan memenangkan kompetisi dunia kerja, paling tidak terdapat dua skills yang harus dimiliki lulusan perguruan tinggi.
Baca juga: 7 Bidang Ilmu Universitas Brawijaya Masuk Peringkat Dunia THE WUR 2021
Skills tersebut adalah “smart skills” dan “sharp skills”. Konsep tersebut ia kembangkan setelah mengamati berbagai individu di sekitarnya yang berhasil mencapai posisi dan jabatan tinggi dalam pekerjaan.
"Smart skills terdiri dari adaptability, social skills, dan positive attitude," paparnya dalam kegiatan Alumni Insight yang diselenggarakan oleh Direktorat Kerjasama dan Hubungan Alumni IPB University, beberapa waktu lalu.
Ia menerangkan, di manapun institusi yang dimasuki tidak akan langsung ideal seperti yang diharapkan, maka mahasiswa atau lulusan harus memiliki adaptability karena harus beradaptasi.
Lalu, social skills berarti lulusan harus mampu membangun social networking.
Baca juga: 4 Kampus Jurusan Komunikasi Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2021
"Social networking ini adalah kunci yang akan membawa kita ke tangga yang lebih tinggi," kata Achmad.
Sementara, positive attitude memiliki arti apapun permasalahan yang dihadapi, harus terus mencari sisi positif dan berusaha mengambil kesempatan.
Adapun sharp skill, lanjut dia, terdiri dari digital literacy, technical skills serta analytical reasoning.
"Jika kita tidak memiliki kemampuan literasi digital maka akan terlewat, ini berlaku di bidang mana pun. Technical skills, ketika anda menyampaikan gagasan, akan dihargai jika anda menyampaikan dengan data tidak sekedar kemampuan berbicara. Analytical reasoning, saat ini informasi dan data tersebar luas jadi tidak ada alasan untuk tidak mengetahui sesuatu,” tambahnya.
Baca juga: 5 Kampus Jurusan Ilmu Komputer Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2021
Di sisi lain, Dwi membagikan kiat dari sisi pembangunan organisasi. Falsafah yang ia bagikan merupakan falsafah utama yang selama ini diterapkan oleh Sampoerna Agro sejak 1913 dalam meraih kesuksesan, di antaranya adalah Anggarda Paramita yang berarti menuju kesempurnaan.
“Ada dua visi yang paling mendasar dari Anggrda Paramita, yaitu Meritocratic System dan Requisite Organization,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Meritocratic system, jelas Dwi, adalah sebuah sistem di dalam organisasi yang menjadikan kapabilitas individu sebagai syarat mendapat posisi, bukan karena adanya nepotisme.
“Bukan karena alumni IPB University, lantas menerima alumni IPB juga. Tetapi siapapun termasuk alumni IPB University di Sampoerna, adalah karena mereka memiliki kapabilitas,” lanjutnya.
Baca juga: Beasiswa Belajar Data Science dari DQLab UMN, Terbuka untuk Umum
Sementara Requisite Organization adalah kemampuan anggota organisasi untuk bekerja sama meski dengan latar belakang keilmuwan yang beragam.
“Organisasi akan bergerak apabila memiliki keselarasan untuk bersatu. Jadi siapapun yang punya kapabilitas dari berbagai bidang bisa bersatu untuk memajukan organisasi tentu ia berhak untuk berada dalam sistem ini,” pungkas Dwi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.