KOMPAS.com – Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains bisa jadi hal yang biasa bagi anak bila orangtua mengenalkan sains sejak kecil melalui cara-cara menyenangkan, tak melulu lewat buku pelajaran.
Pakar berpendapat, mengenalkan sains justru bukan dalam bentuk mengerjakan rumus-rumus dan berhitung. Melainkan mengajak anak untuk melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan minatnya terhadap pelajaran sains, seperti kimia, fisika dan biologi.
Sebuah survei yang melibatkan siswa sekolah dasar di AS mendapati, pelajaran sains di sekolah dasar rata-rata hanya dipraktikkan sekitar dua jam selama satu minggu. Bahkan, di sejumlah daerah yang lebih kecil, pelajaran sains tidak cukup dipraktikkan bahkan hingga anak-anak beranjak ke sekolah menengah.
Baca juga: Berapa Usia Ideal Anak Belajar Bahasa Inggris?
“Fokus pada pelajaran matematika dan membaca di tingkat sekolah dasar telah membuat pelajaran biologi, kimia, dan fisika hanya sedikit dikenali,” kata Jenice Earle dari National Science Foundation di Amerika Serikat, seperti dilansir dari situs Parents.
Earle berpendapat, bahkan ketika mata pelajaran tersebut diajarkan, guru cenderung mengajarkannya sebagai formalitas dan kurang memiliki kemampuan untuk melakukan eksperimen bersama anak-anak.
Padahal, sains sangat butuh eksperimen untuk memicu minat anak sejak dini. Tak heran, bila di AS saja, kini hanya sepertiga siswa yang duduk di kelas 4 SD yang memiliki pemahaman kuat tentang prinsip-prinsip ilmiah.
Untuk itu, National Science Foundation menyerukan orangtua untuk meningkatkan minat anak terhadap mata pelajaran sains bila ingin anak tertarik dan menguasai mata pelajaran biologi, kimia, dan fisika.
Baca juga: Beasiswa Belajar Data Science dari DQLab UMN, Terbuka untuk Umum
Berikut sejumlah cara sederhana yang bisa dilakukan orangtua untuk menumbuhkan minat anak untuk belajar IPA.
Menurut organisasi berita independen yang bergerak dalam bidang pendidikan AS Education Week, tiga dari empat pemenang hadiah Nobel dalam bidang sains menemukan gairah terhadap sains di luar kelas, salah satunya di rumah.
“Sederhananya orang tua bisa menanyakan tentang mengapa cahaya bisa memantul di air, lalu luangkan waktu bersama anak untuk mempelajarinya,” saran Traci Wierman, penasihat untuk bidang kurikulum di The Lawrence Hall of Science, University of California, Berkeley.
Bisa juga orang tua menjelaskan mengapa hujan bisa turun, mengapa awan bisa berwarna putih dan abu-abu, serta mengapa suara petir bisa muncul. Wierman berpendapat, intinya orangtua hanya perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk menjelaskan sesuatu dari sisi sains kepada anak.
Baca juga: Mendikbud Nadiem soal Pengganti UN 2021: Tidak Perlu Bimbel Khusus
Mulailah untuk mengoleksi buku-buku yang berkaitan dengan sains. Bisa juga buku lain yang mengulas tentang hewan atau cuaca. Atau pilihlah tayangan anak yang banyak menyuguhkan eksperimen sains.
Orangtua juga bisa mengenalkan anak pada insinyur, dokter, bahkan ahli biologi. Kenalkan anak tentang asyiknya profesi tersebut, apa yang bisa dia lakukan saat dewasa, hingga alat-alat kedokteran yang bisa dia mainkan.
Ketika sekelompok finalis Google Science Fair ditanya tentang apa yang paling memengaruhi minat mereka terhadap pelajaran sains, cukup banyak yang mengatakan “saat melakukan tamasya ke museum sains ketika masih kecil.”
Baca juga: Hari Ayah Nasional 2020, Cara Ayah Menjadi Sahabat Anak Belajar
Sejumlah museum yang bisa dikunjungi ialah Museum PP IPTEK, Planetarium, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Penerangan, dan banyak lagi.