Vaksin DNA anti Koi Herpes Virus (KHV) mengandung sisipan gen glikoprotein 25 (GP25) yang berasal dari isolat lokal Koi Harpes Virus.
Sedangkan vaksin DNA anti KHV mampu meningkatkan kekebalan dan memproteksi ikan mas saat terjadi wabah.
Dijelaskan, pengembangan vaksin ikan adalah tugas yang menantang, diantaranya karena:
1. Beragamnya jenis penyakit dan spesies ikan budidaya, dengan tingkat keunikan kerentanan ikan terhadap setiap penyakit yang juga berbeda-beda.
2. Penggunaan vaksin dirasa lebih aman daripada penggunaan antibiotik dalam budidaya perikanan.
Ke depannya, untuk mendukung industri akuakultur berkelanjutan, pengembangan vaksin yang berasal dari isolat lokal akan terus dilakukan yang dibarengi dengan pengembangan metode pemberian, evaluasi dan diseminasi.
Dijelaskan Prof Sukenda, metode vaksinasi ikan dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:
Pemberian vaksin melalui cara perendaman lebih praktis untuk penerapan pada benih ikan yang masih rentan terhadap serangan penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
Baca juga: Manfaatkan Waktu Luang, Mahasiswa IPB Coba Bisnis Ini
"Metode infiltrasi hiperosmotik yang kami kembangkan merupakan modifikasi dari metode perendaman untuk mengefektifkan pemberian vaksin," katanya.
Metode ini dilakukan dengan menggunakan media yang dibuat hipertonik dari tubuh ikan dengan memberikan kejutan salinitas sehingga jumlah vaksin yang diserap lebih banyak.
"Hasil penelitian menunjukkan vaksinasi ikan nila secara infiltrasi hiperosmotik dengan kejutan salinitas sampai 20 gram perliter selama lima menit mampu meningkatkan proteksi ikan terhadap serangan bakteri S. agalactiae," jelas Prof. Sukenda.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan