KOMPAS.com - Semua anak adalah spesial. Namun, ada beberapa anak yang secara khusus membawa kecerdasan di atas rerata sehingga masuk dalam kategori jenius.
Kelebihan, atau gifted ini, terkadang membuat anak-anak dengan kecerdasan di atas rata-rata ini kurang dipahami lingkungan sekitar, kurang mendapat penanganan baik atau bahkan dianggap "bermasalah".
"Kekecewaan dan frustasi seringkali terjadi ketika idealisme mereka tidak tercapai. Ketika anak-anak gifted mencoba untuk mengutarakan keprihatinan ini ke orang lain, mereka biasanya mereka justru menerima reaksi dalam bentuk keheranan hingga kekasaran," ungkap Julie Jurisa, Ibu dari Niko, seorang anak gifted.
Julie menambahkan, "mereka merasa terisolasi dari teman-temannya dan mungkin juga dari keluarga."
Julie mengatakan, "setiap Minggu malam Niko selalu stres karena besoknya Senin Niko akan masuk sekolah biasa yaitu SD." Julie menyampaikan, Niko tak bisa mengikuti pelajaran sekolah biasa itu, dan tak cocok dengan teman-temannya di sekolah itu.
"Sedangkan adik Niko yang perempuan Charis kelas IV SD bisa mengikuti pelajaran di sekolah biasa," cerita Julie.
Baca juga: Pembukaan FIKSI 2020, Melejitkan Talenta Inovasi dan Wirausaha Siswa
Ada pula kisah Joel, anak jenius dengan tingkat kecerdasan IQ 140. Ia pun mengakui dirinya punya masalah di sekolah. Saat datang ke Noble Academy dan mengikuti tes intelegensia dan diketahui IQ Joel di atas rata-rata.
Kemudian Joel mulai berpkir, mungkin ini sebabnya dirinya tidak cocok dengan teman-teman di sekolah, sebab Joel tidak mengerti teman-temannya dan teman-temannya tak mengerti Joel.
"Perbincangan ini membuat rasa bersalah saya semakin dalam. Betapa tidak? Begitu banyak dari kita yang tak pernah bersungguh-sungguh berusaha lebih kuat untuk memahami mereka," kata Joel.
Joel memiliki kemampuan di atas rata-rata atau jenius baik secara intelektual maupun kreativitas. Namun sayang, di sekolahnya dulu sering mendapat catatan merah dari guru.
Nilai raportnya selalu pas-pasan. Ia tak pernah serius mengerjakan tugas yang diberikan atau tak mau menyelesaikannya. Joel juga memiliki penilaian negatif terhadap guru dan sekolah. Ia sering menyalahkan mereka untuk nilai-nilainya yang rendah.
Menurutnya, pelajaran sekolah membosankan dan para guru tak cukup pandai.
Padahal, Joel merupakan remaja yang sangat kreatif dan produktif. Setidaknya sudah ada 6 karya ilmiahnya yang dituangkan dalam bentuk buku antara lain; "Effects of Climate Change Science Report", "Portopolio ART", "Projects", "Portopolio Language Arts", "Portopolio Psychology", "Project 49".
Psikolog dari Universitas Surabaya (Ubaya) Evy Tjahjono menyampaikan anak dengan talenta kecerdasan secara intelektual secara sosial ingin berada dalam kelompoknya. Namun, seringkali mereka "tidak nyambung" dengan rekan sebayanya.
"Anak-anak jenius ini punya ketidaksejajaran antara kemampuan mental mereka dengan emosional. Inilah yang membuat anak-anak gifted itu seringkali frustasi dengan kehidupan," ungkap Evy.