Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Dewobroto
Pendidik dan Peneliti

Pendidik dan Peneliti di bidang Kewirausahaan. Tim Kewirausahaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sekretaris Umum Komunitas Tangan Diatas.

Mahasiswa Jadi Agen Penggerak Ekonomi Pascapandemi Covid-19

Kompas.com - 10/12/2020, 14:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Entrepreneurship", yang di dalamnya semangat pengusaha di Indonesia termasuk UMKM untuk terus bertumbuh, adalah solusi bagi problem kekinian bangsa ini.

Sebab, 99 persen ekonomi Indonesia digerakkan oleh UMKM, 97,3 persen lapangan kerja diserap oleh UMKM, dan 60 persen Produk Domestik Bruto (PDB) disumbang UMKM.

Dengan demikian, peran kaum wirausaha atau UMKM sebagai agen perubahan dan kebangkitan ekonomi harus dibangkitkan. Sambil berbisnis, mereka juga harus bisa memberikan edukasi kepada masyarakat akan bahaya Covid-19.

Tak hanya itu, kehadiran para usahawan membawa aura positif saat pandemi ini yang akan membawa perubahan yang baru.

Baca juga: Kuliah Tatap Muka Januari 2021, Mahasiswa Pahami Aturan Ini

Mengembalikan ekonomi Indonesia kembali baik, bukan hanya menjadi tugas pemerintah, namun juga seluruh lapisan pelaku ekonomi, termasuk kaum generasi Z (mahasiswa) yang bergerak dalam bidang itu.

Penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga sangat tinggi dan terus bertumbuh mencapai 96,99–97,22 persen dengan jumlah pelaku UMKM mencapai 62 juta atau sekitar 98 persen dari pelaku usaha nasional.

Namun, UMKM merupakan sektor yang paling terpukul oleh dampak pandemi Covid-19. Untuk itu, solusi yang paling tepat adalah pemanfaatan teknologi khususnya internet.

Hingga kini ada 175.4 juta pengguna internet. Selain itu ada 338,2 juta pengguna smart phone aktif yang terdaftar. Ada 160 juta orang di Indonesia yang aktif di media sosial.

Sementara itu, pandemi Covid-19 yang dibarengi dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di banyak daerah, ternyata mempercepat perubahan pola usaha UMKM dari berjualan "offline" atau luar jaringan (luring), menjadi berjualan "online" atau dalam jaringan (daring).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prodi Kewirausahaan Universitas Agung Podomoro, 6 bulan pertama pandemi, jumlah UMKM yang mulai membuat website dan mendaftarkan produk di marketplace meningkat sebesar 38 persen.

Memang, pola penjualan "online" merupakan cara UMKM untuk bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.

Di sisi lain, minat pembelian konsumen selama PSBB juga meningkat tajam. Di sinilah hukum ekonomi "supply and demand" (penawaran dan permintaan) berjalan.

Blessing in disguise

Mahasiswa adalah kaum yang identik dengan imajinasi, kreatif, cepat, instan dan banyak akal. Apalagi mahasiswa yang sudah mengenal kewirausahaan. Mahasiswa juga kaum yang melek teknologi, termasuk teknologi informasi.

Jadi, pandemi Covid-19 di sisi lain bagi mahasiswa merupakan berkah di balik malapetaka atau "blessing in disguise".

Meningkatnya pola atau sistem pemasaran daring merupakan peluang emas bagi mahasiswa. Mahasiswa yang melek teknologi informasi bisa menjadi "digital marketer".

Mahasiswa bisa mendirikan usaha rintisan atau start-up UMKM ataupun menjual produk konvensional dengan cara "digital marketing" atau pemasaran digital.

Perusahaan yang hanya mengandalkan strategi marketing konvensional akan tertinggal dengan mereka yang melibatkan internet dalam pemasaran produknya. Inilah sebabnya "skill" atau keahlian para digital marketer semakin penting.

Mahasiswa mampu merancang bentuk promosi untuk membangun "brand awareness" dan membuat calon pelanggan tertarik. Media yang digunakan adalah platform digital, misalnya media sosial, website, marketplace dan sejenisnya.

Baca juga: Angka Plagiarisme Naik, Apa Pentingnya Jadi Mahasiswa Berintegritas?

Mahasiswa yang melek teknologi informasi juga dapat menjadi pengembang aplikasi. Profesi pengembang aplikasi ini memang masih asing beberapa tahun yang lalu. Namun sekarang ini telah menjadi salah satu pekerjaan yang cukup penting.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau