Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Dewobroto
Pendidik dan Peneliti

Pendidik dan Peneliti di bidang Kewirausahaan. Tim Kewirausahaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sekretaris Umum Komunitas Tangan Diatas.

Gong 2021, Kampus Tanpa Demarkasi

Kompas.com - 14/01/2021, 10:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berkenaan dengan hal tersebut, telah disiapkan dana hibah hingga Rp 500 miliar bagi kampus yang berhasil menerapkan Kampus Merdeka dan menyiapkan mahasiswanya menjadi lebih tangkas dan siap menghadapi masa depan.

Baca juga: Kampus Merdeka dan Revitalisasi Kolaborasi Antar Perguruan Tinggi

Berbagi keunikan dan kekuatan

Ya, selama musim pandemi Covid-19 ini, Kemendikbud melahirkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dengan kebijakan itu, mahasiswa diberikan kebebasan dalam memilih cara belajar dan apa yang ingin dipelajari.

Dengan semangat Mas Menteri yang tergolong milenial, pastinya ada sesuatu yang seru yang akan muncul di tahun 2021 ini. Ditambah, Mas Nadiem seorang entrepreneur dan juga founder startup, pastinya semangatnya juga semangat pertumbuhan startup, sangat cepat!

Patokan pertumbuhan di startup itu berbeda dengan perusahaan konvensional. Kalau di perusahaan konvensional, 10-30 persen itu dicapai dalam hitungan tahun, tapi kalau di startup, standar pertumbuhannya per bulan.

Tapi, apa kemungkinan terobosan lain yang akan diluncurkan oleh Mas Menteri kali ini?

Melihat kampus di beberapa daerah di luar Pulau Jawa yang sudah "dipaksa" siap menggunakan teknologi internet dan digital, maka memaksimalkan pemanfaatan teknologi inilah yang seharusnya menjadi keutamaan.

Saat ini semua pembelajaran di universitas mayoritas berlangsung secara daring. Berarti tidak terbatas ruang dan waktu.

Dengan semangat digital dan gotong-royong dari Sabang sampai Merauke, sangat dimungkinkan kita memiliki sistem pembelajaran yang "borderless", tanpa batas atau tanpa garis demarkasi.

Tidak ada border antar-universitas, dan setiap mahasiswa bisa mengambil mata kuliah apa pun di kampus mana pun yang mereka mau.

Mahasiswa di kampus A, misalnya, bisa mengambil mata kuliah di kampus B dengan materi yang diambil sesuai dengan kebutuhan mahasiswa tersebut.

Bayangkan saja, apabila kekuatan setiap universitas di Indonesia yang punya keunikan dan keunggulan yang berbeda-beda bisa saling berbagi sumber ilmu, maka Indonesia akan mempunyai limitless education resources atau sumber daya pendidikan tak terbatas.

Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan pengembangan teknologinya, Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan kekuatan di bidang pertaniannya, Universitas Telkom dengan teknologi komunikasinya, Universitas Multimedia Nusantara dengan penguasaan literasi medianya, dan Universitas Agung Podomoro dengan kekuatan industri "real estate" dan kewirausahaannya.

Jika sebelumnya universitas-universitas itu terpisah, seakan-akan berjalan sendiri-sendiri, dengan teknologi digital, internet, dan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), sangat dimungkinkan saling berkolaborasi dan bisa menjadi kekuatan besar, "borderless higher education" atau pendidikan tinggi tanpa batas.

Baca juga: Kebijakan Kampus Merdeka, Decoupling atau Recoupling Perguruan Tinggi?

Kampus tanpa demarkasi

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia, memang untuk bekerja sama antar-kampus sepertinya membutuhkan waktu tidak sebentar. Proses lebih administratif terkadang lebih memberatkan daripada kegiatan inti, yaitu proses transfer ilmunya.

Di masa pandemi sekarang ini, sepertinya tidak ada kendala lagi karena Kemendikbud bisa menjadi hub (penghubung) di antara universitas dan sekolah tinggi yang ingin berkolaborasi secara instan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau