Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indy Hardono
Pemerhati pendidikan

Saat ini bergiat sebagai koordinator tim beasiswa pada Netherlands Education Support Office di Jakarta. Sebelumnya, penulis pernah menjadi Programme Coordinator di ASEAN Foundation. 

Tinggalkan Zona Nyamanmu dan Raihlah Beasiswa

Kompas.com - 21/01/2021, 11:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ia bahkan memberanikan diri membuka jasa pemotongan rambut “Ahsan Pangkas” untuk teman-temannya ,dan hanya meminta bayaran doa tulus ikhlas dari setiap pelanggannya!

Ya doa! Katanya kalau banyak yang mendoakan saya pasti beban hidup saya disini menjadi lebih ringan.

Itulah Ulil. Situasi tidak menjadi lebih mudah tapi cara melihat dan mensikapi kondisi lah yang harus dirubah.

Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan Development and Rural Innovation di Wageningen, University, Ulil kembali ke Makassar dan bekerja sebagai peneliti di Universitas Hasanudin.

Tak sedikit tawaran ia dapat untuk bekerja di ibu kota dari beberapa NGO internasional namun Ulil tidak silau dengan cahaya Jakarta dan lebih memilih menjadi peneliti di kampung halamannya.

Ulil berpendapat bahwa untuk membuat sebuah terobosan yang besar dengan dampak yang langsung dapat dirasakan maka ia harus terjun langsung ke tempat dimana titik masalah itu berada.

Karenanya ia memilih berkarya di daerah asalnya. Ia percaya bahwa dengan terjun langsung ruang untuk berpikir kritis dan inovatif terbuka lebar. Dua ketrampilan yang ia dapatkan dari Belanda.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 di Inggris, Potongan Uang Kuliah hingga Rp 192 juta

Tinggalkan zona nyamanmu!

Affan and Arie menggali dan mendapatkan ilmu Law and Technology, dan Ulil menggeluti ilmu Development and Rural Innovation. Namun bukan itu benang merahnya.

Pengalaman studi di luar negeri mengajarkan mereka untuk mampu meninggalkan zona nyaman mereka, untuk bertahan, dan tetap merancang impian mereka.

Kopi encer dari vending machine di kampus, sepeda bekas, bihun goreng rupa nasi goreng, tugas kuliah yang tak berujung, suhu dingin yang menusuk pada saat pulang dari perpustakaan kampus jam 12 malam, roti keras di pagi hari (dibandingkan dengan coto Makassar hangat), hanyalah sedikit dari cerita dan tempaan keras yang harus dihadapi.

Dalam situasi ketidaknyamanan maka ketangguhan (resiliensi) tingkat advanced untuk dapat bertahan sangat diperlukan. Tahan banting terhadap hujan, badai, salju, nilai yang ‘pas-pasan’, jurnal setebal bantal yang harus dilalap dalam semalam, rindu kampung halaman dan kelugasan orang Belanda dalam berbicara yang kadang membuat “sakitnya tuh di siniii.”

Itulah kemampuan beradaptasi. Sebuah ‘ketrampilan’ yang kadang luput dari radar kita karena kita menganggap bahwa hanya orang-orang yang pandai secara akademis lah yang dapat bertahan dan unggul.

Ketiga alumni StuNed tersebut bukan hanya meraih gelar master di bidangnya masing-masing namun juga kualitas dan nilai-nilai serupa (common values) yang terbentuk dan terkultivasi selama mereka di Belanda yaitu kesadaran dan kemampuan untuk melihat ke depan (visioner), ke samping (impact-oriented) dan ke dalam (passion, resiliesi, dan determinasi).

Itulah gambaran dari orang-orang yang kami cari, orang-orang yang memiliki potensi tersebut dan siap untuk diasah dan ditempa dalam ‘medan pertempuran’ di Belanda.

Mereka lah orang-orang yang rela meninggalkan zona nyamannya, me’nol’kan dan mengkalibrasi egonya demi sebuah cita-cita bernama perubahan yag berdampak.

Tantangan bagi para pengelola beasiswa adalah mengenali potensi-potensi tersebut dari para pelamar beasiswa. Potensi ini harus dapat terdeteksi dari awal untuk memastikan success rate dari program beasiswa tersebut.

Potensi yang akan tumbuh subur jika disemai di tempat yang tepat.

Tidak sulit mencari kandidat yang pandai (academically), dan berkemampuan bahasa Inggris baik, namun yang sulit adalah menemukan orang pandai, berprestasi dan disertai dengan karakter kuat dan nilai-nilai yang diperlukan untuk dapat unggul di masa dimana perubahan hanyalah satu-satunya kepastian.

Selamat berburu beasiswa!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau