KOMPAS.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dikenal sebagai pencetak guru. Tentu karena memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Namun, tak hanya mencetak guru, banyak pula para lulusan yang menjadi kepala sekolah. Lebih menariknya lagi, ada salah satu lulusan Program Studi (Prodi) Pendidikan Kimia FKIP yang jadi kepala sekolah dalam usia masih belia, yakni di usia 24 tahun.
Melansir laman UNS, Kamis (28/1/2021), Nur Fitri Fatimah yang jadi alumnus UNS 2016 membeberkan kisahnya sebagai kepala sekolah SD.
SD itu bernama SD Muhammadiyah Baitul Fallah (MBF) yang terletak di Bancak 1, RT 1 RW 2, Bancak 2, Gebyog, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Baca juga: Mahasiswa UNY Inovasi Pakan Lele Alami dari Bahan Ini
Ternyata, SD itu masih baru. Bahkan perempuan asal Karanganyar yang kini berusia 26 tahun ini menuturkan bahwa cikal bakal berdirinya MBF adalah terbentuknya Sekolah Tani Organik Intan Pari (STOIP) yang digagas oleh Forum Mahasiswa Islam Karangayar (Formaiska) pada 2016.
Setelah berjalan beberapa saat, ada tanah wakaf seluas 4.000 meter persegi yang dipercayakan untuk kebermanfaatan sosial oleh seseorang.
Tanah ini pun kemudian dimanfaatkan oleh Pipit, panggilan akrab dari Nur Fitri Fatimah, beserta teman-temannya untuk memulai pembangunan SD MBF.
Dia dan teman-temannya mulai merintis SD MBF sejak awal dengan semangat perbaikan pendidikan yang ada di Indonesia. "Saya ingin turut serta memperbaiki pendidikan di Indonesia," ujarnya.
Dijelaskannya, ketika pembangunan sekolah selesai, Pipit diangkat menjadi kepala sekolah pertama di SD MBF pada usia 24 tahun.
Meski tergolong sekolah baru, ada salah satu siswa kelas 1 SD yang berhasil menyabet penghargaan pada ajang Thailand International Math Olimpiade pada Desember lalu.
Namun, di balik itu semua, tentu tak mudah bagi Pipit untuk menjalankan sekolahnya. Sebab, ia harus mengelola sumber daya manusia (SDM) di dalam timnya.
Kepala sekolah muda ini harus mempelajari banyak karakter manusia dan bagaimana cara menghadapinya. Di situ, terdapat tantangan dalam harmonisasi SDM yang harus ia selesaikan.
Untuk mengatasi itu semua, Pipit selalu berusaha menjaga dirinya sendiri agar dalam keadaan yang teratur, terus menjaga dirinya agar selalu berpikir dan bertindak positif.
Dengan SDM yang kompak, Pipit merasa keberjalanan program-program di SD MBF akan lebih lancar. Dalam bekerja, Pipit selalu menekankan untuk bekerja dengan ikhlas. "Kalau kerja itu harus ikhlas biar nanti juga berkah," tuturnya.
Sedangkan bagi sekolah, dia melakukan beberapa kegiatan yang bermanfaat. Tentu untuk meningkatkan keterampilan pengajar di SD MBF.