Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2021, 20:53 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kekurangan zat gizi bisa menimbulkan anemia. Kebanyakan anemia sering diderita oleh remaja dan ibu hamil.

 

Data dari Kementerian Kesehatan di tahun 2020 menunjukkan sebanyak 30 persen remaja usia 15-24 tahun mengalami anemia.

Kondisi anemia juga diderita oleh sebanyak 48,9 persen ibu hamil.

Baca juga: Pakar IPB Ungkap Beberapa Keunikan Kelelawar

Penyakit anemia bisa berdampak negatif bagi kesehatan penderita. Dari berkurangnya fokus, lemas, hingga pingsan atau tidak sadarkan diri.

"Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan, agar anemia tidak banyak diderita oleh remaja," kata Pakar Gizi IPB, Dodik Briawan, melansir laman IPB, Kamis (4/2/2021).

Setidaknya, kata dia, ada empat hal utama dalam mencegah dan menanggulangi anemia, yakni:

1. Konsumsi pangan dengan gizi yang cukup.

2. Pencegahan infeksi.

3. Suplementasi besi.

4. Penambahan zat gizi pada makanan.

Selain empat hal itu, ada cara ampuh yang bisa dilakukan, yaitu memberikan tablet penambah darah.

"Solusi ini merupakan salah satu upaya yang optimal untuk mengurangi penderita anemia, khususnya pada remaja," ungkap dia.

Dia mengaku, pemerintah dalam mengurangi jumlah penderita anemia bisa dengan mengubah perilaku remaja.

Baca juga: IPB Buka 4.250 Kuota Mahasiswa dari Berbagai Program Seleksi

Salah satunya membuat program tablet tambah darah untuk siswa.

Hal itu dilakukan, jika pemerintah tidak menggunakan program suplementasi zat gizi.

"Inovasi (program tablet tambah darah) perlu dikembangkan dengan pelibatan dari siswa itu sendiri," sebut dia.

Di beberapa kabupaten, sebut dia, inovasi dilakukan dengan membuat Satuan Tugas (Satgas) dari siswa.

Misalkan, ada Satgas "Geulis Squad" di Kabupaten Cimahi dan satgas "Si Jari Merah" di Banyuwangi.

Inovasi lain yang bisa dilakukan adalah fortifikasi pangan. Kini, sedang dikembangkan fortifikasi terigu dan beras.

"Harapannya dengan fortisikasi, kebutuhan gizi terutama zat besi bisa terpenuhi dalam bahan makanan pokok," jelas dia.

Pemerintah belum optimal

Dodik menegaskan, program pemerintah dalam upaya mengurangi penyakit anemia masih belum optimal.

Masalah utamanya yaitu koordinasi yang kurang antara pemerintah pusat dengan daerah.

Dan juga kurangnya kemampuan manajemen tenaga kesehatan dan guru.

Maka dari itu, perlu dibuat koordinasi yang kuat, bukan hanya antar lembaga, tapi dengan remaja itu sendiri.

Baca juga: Guru Besar IPB: Mensos Risma Harus Perbarui Data Penerima Bantuan

Dia menambahkan, potensi akses remaja terhadap internet yang tinggi bisa menjadi salah satu peluang koordinasi, agar bisa mengurangi anemia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com