Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangun Karakter Positif Anak dengan Prinsip “CINTA”

Kompas.com - 10/02/2021, 17:06 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Belajar dari rumah selama pandemi Covid-19 membuat teknologi kian dibutuhkan dalam proses pembelajaran anak, baik secara akademis maupun karakter.

Meski begitu, dalam menanamkan karakter positif selama anak belajar dari rumah, dibutuhkan peran lebih besar dari orangtua.

Hal tersebut dipaparkan oleh Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman.

Menurutnya, karakter tidak hanya dibentuk di sekolah, dengan pembelajaran jarak jauh mau tak mau orangtua harus bertanggung jawab, orangtua adalah guru utama.

Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak

"Karakter tidak tumbuh mendadak, ada proses panjang yang membentuknya menjadi kebiasaan," papar Hendarman diskusi bertajuk "Peran Orangtua Ciptakan Lingkungan Siber Aman" yang digelar TokTok Indonesia, Rabu (10/2/2021), melansir Antara News.

Meski begitu, Hendarman mengatakan, selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pendidikan karakter anak harus dibentuk melalui sinergi antara orangtua, guru, pemerintah bahkan teknologi.

Teknologi, kata dia, dapat menjadi alat bantu orangtua dalam memperkuat karakter anak. Karena pada dasarnya, selama belajar di rumah orangtua menjadi contoh utama anak.

Prinsip CINTA untuk bangun karakter positif

Hendarman memaparkan langkah sederhana bagi orangtua untuk membangun karakter positif anak selama belajar dari rumah.

Baca juga: Berapa Usia Ideal Anak Belajar Bahasa Inggris?

Ia mengatakan, orangtua bisa memulainya dengan "CINTA", dengan huruf C yang merupakan singkatan dari contoh, lalu I adalah ingat, N untuk normalisasi, T untuk tempat, serta A ialah amati.

Pertama, orangtua perlu menjadi "contoh" bagaimana berkarakter positif. Pasalnya, anak akan lebih mudah mengikuti perilaku orangtua ketimbang nasihat atau kata-kata.

Lalu, orangtua juga perlu "ingat" bahwa tujuan menerapkan karakter positif pada anak adalah untuk menjadikan orangtua manusia yang lebih baik pula.

Hendarman juga menjelaskan tentang "normalisasi", yakni orangtua menjalin komunikasi dengan anak tentang beragam hal, seperti isu-isu yang terjadi di sekitar, untuk membantu anak paham tentang sisi negatif dan positif sesuatu sesuai dengan kemampuan berpikirnya.

Orangtua juga disarankan menjadi "tempat" yang nyaman dan aman bagi anak untuk mengutarakan pemikiran dan perasaan.

Terakhir ialah "amati" hal sekitar yang dapat menstimulasi anak untuk mengasah karakter positif.

Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

20 Universitas Swasta Terbaik di Surabaya Versi EduRank, Referensi Kuliah Tahun Depan

Edu
Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Persiapan Wajib Belajar 13 Tahun, Mendikdasmen Kunjungi TK di Palembang

Edu
3 Alumni Undip yang Jadi Menteri-Wamen Presiden Prabowo, Cek Pilihan Jurusannya

3 Alumni Undip yang Jadi Menteri-Wamen Presiden Prabowo, Cek Pilihan Jurusannya

Edu
Sosok Ifiana Anak TKI Penghafal Al-Qur'an yang Meninggal Jelang Wisuda di Unesa

Sosok Ifiana Anak TKI Penghafal Al-Qur'an yang Meninggal Jelang Wisuda di Unesa

Edu
IT Telkom Purwokerto Bertransformasi Jadi Telkom University Purwokerto

IT Telkom Purwokerto Bertransformasi Jadi Telkom University Purwokerto

Edu
Tak Bisa 'Download' Sertifikat SKD CPNS 2024? Ini Alasannya

Tak Bisa "Download" Sertifikat SKD CPNS 2024? Ini Alasannya

Edu
Kisah Adik Wakili Wisuda Kakak yang Meninggal, Jadi Penghafal Al Quran Semasa Hidup

Kisah Adik Wakili Wisuda Kakak yang Meninggal, Jadi Penghafal Al Quran Semasa Hidup

Edu
Rakernas Pelita 2024: Optimalisasi Pendidikan Vokasi untuk Indonesia Emas 2025

Rakernas Pelita 2024: Optimalisasi Pendidikan Vokasi untuk Indonesia Emas 2025

Edu
Luncurkan Buku Karya Siswa, SD Ekayana Ehipassiko BSD Perkuat Pendidikan Karakter lewat Literasi

Luncurkan Buku Karya Siswa, SD Ekayana Ehipassiko BSD Perkuat Pendidikan Karakter lewat Literasi

Edu
Apa Itu PKWT dan PKWTT? 'Fresh Graduate' Cek Penjelasannya

Apa Itu PKWT dan PKWTT? "Fresh Graduate" Cek Penjelasannya

Edu
HUT Ke-21, Sekolah Cendekia Harapan Bali Raih Penghargaan Bidang Pengelolaan SDM

HUT Ke-21, Sekolah Cendekia Harapan Bali Raih Penghargaan Bidang Pengelolaan SDM

Edu
Tentang UN, Mendikdasmen Akan Minta Pendapat Pemimpin Redaksi Media Massa

Tentang UN, Mendikdasmen Akan Minta Pendapat Pemimpin Redaksi Media Massa

Edu
Mulai Hari Ini, Sanggah Administrasi PPPK 2024 Klik sscasn.bkn.go.id

Mulai Hari Ini, Sanggah Administrasi PPPK 2024 Klik sscasn.bkn.go.id

Edu
Satu Dekade LCCM, Menteri Kebudayaan: Museum Jadi Pusat Edukasi dan Inspirasi Generasi Muda

Satu Dekade LCCM, Menteri Kebudayaan: Museum Jadi Pusat Edukasi dan Inspirasi Generasi Muda

Edu
Mendikdasmen: Peran Guru Honorer Masih Sangat Diperlukan

Mendikdasmen: Peran Guru Honorer Masih Sangat Diperlukan

Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau