KOMPAS.com - Belajar dari rumah selama pandemi Covid-19 membuat teknologi kian dibutuhkan dalam proses pembelajaran anak, baik secara akademis maupun karakter.
Meski begitu, dalam menanamkan karakter positif selama anak belajar dari rumah, dibutuhkan peran lebih besar dari orangtua.
Hal tersebut dipaparkan oleh Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman.
Menurutnya, karakter tidak hanya dibentuk di sekolah, dengan pembelajaran jarak jauh mau tak mau orangtua harus bertanggung jawab, orangtua adalah guru utama.
Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak
"Karakter tidak tumbuh mendadak, ada proses panjang yang membentuknya menjadi kebiasaan," papar Hendarman diskusi bertajuk "Peran Orangtua Ciptakan Lingkungan Siber Aman" yang digelar TokTok Indonesia, Rabu (10/2/2021), melansir Antara News.
Meski begitu, Hendarman mengatakan, selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pendidikan karakter anak harus dibentuk melalui sinergi antara orangtua, guru, pemerintah bahkan teknologi.
Teknologi, kata dia, dapat menjadi alat bantu orangtua dalam memperkuat karakter anak. Karena pada dasarnya, selama belajar di rumah orangtua menjadi contoh utama anak.
Hendarman memaparkan langkah sederhana bagi orangtua untuk membangun karakter positif anak selama belajar dari rumah.
Baca juga: Berapa Usia Ideal Anak Belajar Bahasa Inggris?
Ia mengatakan, orangtua bisa memulainya dengan "CINTA", dengan huruf C yang merupakan singkatan dari contoh, lalu I adalah ingat, N untuk normalisasi, T untuk tempat, serta A ialah amati.
Pertama, orangtua perlu menjadi "contoh" bagaimana berkarakter positif. Pasalnya, anak akan lebih mudah mengikuti perilaku orangtua ketimbang nasihat atau kata-kata.
Lalu, orangtua juga perlu "ingat" bahwa tujuan menerapkan karakter positif pada anak adalah untuk menjadikan orangtua manusia yang lebih baik pula.
Hendarman juga menjelaskan tentang "normalisasi", yakni orangtua menjalin komunikasi dengan anak tentang beragam hal, seperti isu-isu yang terjadi di sekitar, untuk membantu anak paham tentang sisi negatif dan positif sesuatu sesuai dengan kemampuan berpikirnya.
Orangtua juga disarankan menjadi "tempat" yang nyaman dan aman bagi anak untuk mengutarakan pemikiran dan perasaan.
Terakhir ialah "amati" hal sekitar yang dapat menstimulasi anak untuk mengasah karakter positif.
Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.