Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anosmia pada Pasien Covid Apakah Permanen? Ini Penjelasan Dokter RSA UGM

Kompas.com - 26/02/2021, 08:39 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu gejala pasien Covid-19 ialah mengalami anosmia. Apa itu anosmia? Apakah sifatnya permanen?

Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan-Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, dr. Mahatma Sotya Bawono, M.Sc, Sp.THT-KL., memberikan penjelasan.

Anosmia adalah hilangnya kemampuan penciuman yang menjadi salah satu gejala yang dialami pada pasien Covid-19.

Dijelaskan, pada pasien Covid-19, kemampuan penciuman dapat kembali normal atau sembuh dari anosmia cukup beragam.

Baca juga: Pakar UGM: Gizi Jadi Faktor Penting Sistem Imun, Ini Penjelasannya

Anosmia bisa sembuh selama beberapa minggu atau hitungan bulan. Meski begitu, dalam beberapa kasus anosmia bersifat permanen.

"Ada yang bisa pulih dari anosmia, tetapi ada yang menetap atau tidak pulih. Namun, sejauh ini lebih banyak yang pulih," ujarnya seperti dikutip dari laman UGM, Kamis (25/2/2021).

Berdasar pasien yang ditanganinya, ada pasien yang lama pulih dari anosmia. Hingga dua bulan pasca terjangkit virus corona tak kunjung menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada kemampuan penghidu atau penciumannya.

"Salah satu pasien saya ada yang sampai 2 bulan pasca Covid-19 tidak juga pulih," kata Boni, sapaan dr. Mahatma Sotya Bawono.

Bisa pulih dengan latihan

Kendati demikian, untuk saat ini belum ada panduan standar untuk membantu mengembalikan fungsi penciuman pasien Covid-19.

Tetapi, terapi atau latihan dengan memberikan stimulasi pada indera penciuman dapat dilakukan guna mendorong kesembuhan.

Yakni dengan berlatih mengendus setiap hari dengan menggunakan aroma berbeda-beda. Contohnya:

1. aroma lemon

2. minyak atsiri

3. kopi dan lainnya

"Penggunaan aroma-aroma tersebut dapat untuk melatih penghidu. Berhasil tidaknya ini tentu tergantung dari derajat kerusakannya," jelas Boni.

Hilangnya kemampuan penciuman ini memiliki akibat yang tidak bisa disepelekan. Karena bisa berdampak pada kualitas hidup seseorang.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Apa Itu Long Covid? Yuk Kenali Gejalanya

"Kalau tidak bisa menghidu, nanti aroma makanan juga tidak bisa tercium dan ini dapat menurunkan selera makan. Dalam jangka panjang bisa memengaruhi kualitas hidup," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau