Oleh: Armiwati | Dosen FKIP Universitas Jambi, Fasdos Tanoto Foundation
KOMPAS.com - Dalam peringatan Hari Perempuan Internasional, dunia lebih mudah mengenang dan mengenang sosok heboh dan luar biasa dari "Wanita si Tangan Besi" Margaret Thatcher dari Inggris, Corazon Aquino dari Filipina, atau Aung San Suu Kyi dari Myanmar.
Namun jauh di Desa Santanamekar Cisayong di tanah Pasundan juga dikenal "perempuan bertangan besi", Mak Eroh peraih Kalpataru.
Dengan kegigihannya, tangannya seperti besi menggali bukit batu untuk saluran air sepanjang lima kilometer melintasi perbukitan di lereng Gunung Galunggung pada 1987.
Kondisi sulit dialami warga tidak ada sumber air untuk persawahan teratasi dengan sempurna menjadi ijo royo-royo.
Mak Eroh telah terlebih dahulu berjuang, "mencuri start" sebelum orang lain memulai. Namun, hampir tidak pernah dikenal. Mak Eroh adalah perempuan tangguh pejuang hajat hidup orang banyak. Mak Eroh pejuang sumber air untuk pertanian dan kehidupan.
Menghadirkan sekilas contoh yang sangat kecil perempuan istimewa dan ibu sebagai tokoh impersonal yang mengingatkan kita bahwa banyak perempuan di luar sana yang namanya hampir tidak dikenal adalah pejuang pendidikan baik formal maupun informal.
Baca juga: Hari Perempuan Sedunia 2021, Ini Tema dan Sejarahnya
Disitulah Ibu Guru Sairah mengabdikan hidupnya sebagai guru, dengan setia menunggu siswa kelas awal untuk berangkat bersama ke sekolah melewati beberapa dusun.
Memutar beberapa kali menelusuri jalan setapak mendaki dan menurun harus dijalani untuk menghindari sungai kecil berarus deras.
Setiap pagi wajah cerianya dan suara riuh menghiasi jalan setapak dusun demi dusun menuju sekolah. Saat siswa memasuki kelas tinggi, senyum sumringah Sairah melambaikan tangan berpisah di simpangan jalan.
Siswa mungil telah menjadi siswa kelas tinggi, minta izin di persimpangan jalan memisahkan diri untuk berani menyebangi kali kecil bersama yang lain agar lebih dahulu sampai ke sekolah.
Sairah telah terlebih dahulu mengembangkan dan membentuk kecerdasan afektif: sikap empati terhadap kawan yang kesusahan, disiplin agar tidak ditinggal rombongan, saling menghargai seperti sabar menunggu giliran dan kebersamaan.
Pembentukan pola perilaku sosial melalui sikap simpati, berbagi, bekerja sama dan mandiri melalui pemodelan dan learning by doing sudah dilakukan dalam perjalanan pulang dan pergi sekolah selama bertahun-tahun.
Sairah hampir tidak pernah dikenal. Hanya ada dalam memori murid-murid yang menyayanginya.
Mengamati perilaku murid kelas rendah di desa dipinggiran Sungai Batanghari teringat akan sosok Ibu Guru Sairah. Perjuangan Ibu Sairah semakin menginspirasi untuk berusaha menjadi lebih baik.
Baca juga: Makna #ChooseToChallenge yang Jadi Tema Hari Perempuan Internasional