KOMPAS.com - Selama satu tahun, anak-anak menerapkan belajar secara online. Setiap hari, semua tugas dan pembelajaran dilakukan melalui interaksi Zoom, Google Meeting, hingga aplikasi tertentu yang mendukung pembelajaran online.
Namun hal ini rupanya berdampak cukup serius bagi pertumbuhan anak-anak. Tidak cuma pertumbuhan sosial seperti interaksi yang berkurang secara tatap muka saja.
Anak-anak bisa mengalami kecanduan gawai dan bisa berdampak serius pada kesehatan. Misalnya mata, gangguan fokus, hingga rasa sakit di leher akibat menunduk terlalu lama saat memegang gawai.
Baca juga: Pakar UGM: Sekolah Tatap Muka Lebih Menguntungkan
Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, Diana Setiawati, mengatakan dampak paling rawan akibat pandemi Covid-19 sebenarnya adalah anak-anak usia pra sekolah dan SMA.
Anak-anak pra sekolah adalah usia emas atau golden age. Sebab dalam satu tahun yang belum bisa baca mestinya bisa membaca.
Lalu yang belum jalan seharusnya sudah bisa berjalan. Bagi yang belum bisa berbicara seharusnya sudah bisa berbicara.
Sementara anak-anak usia SMP dan SMA adalah masa-masa membangun identitas diri yang biasanya dieksplorasi melalui cara-cara pergaulan, kehidupan organisasi, pengaruh pertemanan dan lain-lain.
Khusus untuk siswa SMA merupakan saat-saat dimana mereka merumuskan masa depannya mau seperti apa, mau melanjutkan kuliah dimana dan sebagainya.
"Ya sebenarnya anak-anak SMP dan SMA ini kehilangan kesempatan. Karenanya dalam situasi seperti ini keluarga memiliki peran yang sangat esensial terhadap hal itu," ujarnya dikutip dari laman UGM.
Mesti tidak sepenuhnya hilang kesempatan dan bisa diganti melalui media sosial, tetapi harus ada panduan atau supervisi dari orang tua.
Jika tidak, anak bisa kesasar dan menjadi kecanduan dengan aneka aplikasi yang ada atau malah kecanduan game.
Apalagi, game yang disediakan di Playstore cukup beragam. Terlebih, ada beberapa game yang memuat unsur kekerasan dan patut dihindari.
Diana mengakui sosial media memang bisa menjadi salah satu cara bersosialisasi dan mengeksplorasi diri.
Misalnya dengan membikin forum online dan sebagainya. Tetapi penggunaannya harus secara bijaksana karenanya harus ada yang membimbing.
"Pembelajaran online bisa dua arah, yang positif bisa menjadikan independent learner, tidak harus bergantung pada guru, bisa belajar banyak hal," kata dia.
Ia mengatakan belajar tidak harus karena guru, namun belajar karena tidak harus di suruh. "Bisa belajar banyak bahasa dan lain-lain. Itu berhasil kalau dia bisa memanfaatkan kesempatan ini," jelasnya.
Baca juga: Gangguan Pendengaran Dialami Pasien Covid-19, Ini Kata Pakar UGM
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.