KOMPAS.com - Remaja saat ini sangat rentan mengalami gangguan kesehatan mental yang ditimbulkan adanya pandemi Covid-19.
Demikian diungkapkan Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) dr. Rachmawati Sp.KJ dalam sebuah webinar.
Adapun webinar digelar oleh Prodi Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri (PPDS) Bagian Psikiatri FK (Undip) bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Cabang Semarang.
Baca juga: Dosen Undip: Berpuasa Berikan 4 Manfaat Ini bagi Kesehatan Tubuh
Menurut Dokter Rachmawati, kebijakan penanggulangan penyebaran Covid-19 di Indonesia berpotensi memicu:
"Faktor lain yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan kecemasan adalah lingkungan, emosional, dan faktor fisik," ujarnya seperti dikutip dari laman Undip, Sabtu (1/5/2021).
Tak hanya itu saja, hal lain yang bisa memicu anxiety, depresi dan stres pada masyarakat di saat pandemi adalah peredaran hoaks atau berita bohong.
"Penyebaran informasi tidak benar atau hoaks serta asumsi-asumsi adanya teori konspirasi juga dapat memperburuk kondisi kesehatan mental," imbuhnya.
Menurutnya, dari hasil penelitian yang dilakukan terkait permasalahan kesehatan jiwa selama pandemi Covid-19 di Indonesia, ditemukan beberapa gambaran yang patut diwaspadai.
Baca juga: Pakar Unair: Tips Remaja Jaga Kesehatan Mental Akibat Pandemi Covid-19
Dari 2.364 responden yang diteliti, ada:
Namun ketika difokuskan pada kelompok remaja, kerentanan saat pandemi terjadi karena di masa pengembangannya terjadi hambatan untuk bersosialisasi.
Pandemi Covid-19 yang diikuti kebijakan dengan pembatasan berbagai aktivitas, menjadi salah satu penyebab remaja rentan mengalami gangguan mental.
Padahal, pada masa remaja, kebutuhan interaksi untuk saling sharing atau melakukan kegiatan bersama merupakan kebutuhan, tapi hal itu pun dibatasi.
Tentu kegiatan bersama menjadi faktor dalam membentuk kesehatan mental remaja seperti:
Narasumber lain, Psikiater RSUD Tugurejo Semarang, dr. Ratih Widayati Sp.KJ, menganggap munculnya kecemasan atau efek yang ditimbulkan oleh pandemi terhadap kesehatan mental adalah hal yang wajar.
"Merupakan hal yang normal pada waktu yang menekan ini untuk merasakan perasaan sedih, marah, frustasi, cemas ataupun semuanya," jelas Ratih.
Dia memberikan saran agar para remaja mau mengkomunikasikan perasaan yang dialaminya ke orang lain sebagai tips mengurangi risiko gangguan.
"Kamu diizinkan merasakannya dan mengkomunikasikan pada orang lain mengenai perasaanmu," sarannya.
Baca juga: 7 Tanda Remaja Mulai Toxic Relationship Menurut Pakar UGM
Tips lain kepada para remaja yakni untuk tetap mempertahankan rutinitas seperti memulai hari pada waktu yang hampir sama setiap harinya sebagai salah satu langkah mengurangi gangguan mental.
Penerapan sleep hygiene (kebiasaan tidur yang baik dan menyehatkan) dengan mempertahankan jadwal tidur yang konsisten hingga menghindari kafein mulai dari sore hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.