Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2021, 20:11 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Setiap hari, sampah selalu bertambah. Tak hanya sampah non organik, sampah organik juga selalu bertambah.

Seperti sampah makanan atau food waste. Hampir semua orang, setidaknya saat masih kecil, pernah menyisakan makanan yang akhirnya menghasilkan food waste.

Akibat tindakan tersebut, Food and Agriculture Organization (FAO) menyebut sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia hilang.

Baca juga: Akademisi UNS: Meminum Obat Harus Perhatikan Hal-hal Ini

Terkait hal itu, Dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Dian Rachmawati Afandi, S.TP., M.P., mengatakan setidaknya ada beberapa alasan mengapa kita harus mencegah timbulnya sampah makanan.

Lantas, bagaimana caranya mencegah timbulnya sampah makanan? Melansir laman UNS, Kamis (6/5/2021), ini penjelasan Dian Rachmawati.

1. Pertama: penghematan rantai pasokan.

Alasan yang pertama adalah alasan ekonomi yakni penghematan dalam rantai pasokan atau supply chain.

Dengan memperhatikan pola produksi, distribusi, hingga konsumsi untuk sebisa mungkin tidak menghasilkan sampah makanan, biaya yang dikeluarkan pada setiap tahapan tersebut juga akan menjadi hemat, terutama konsumsi.

2. Kedua: mencegah kerusakan lingkungan.

Penghematan dalam rantai pasokan berdampak pada penghematan energi dan sumber daya alam lainnya yang digunakan, sehingga kerusakan lingkungan dapat turut dicegah.

Misalkan menghemat air untuk memasak makanan. Selain itu, kita juga dapat mencegah adanya efek rumah kaca.

Baca juga: Webinar Undip: Kelola Sampah Plastik Jadi Sumber Daya

Dian menjelaskan, sampah makanan yang termasuk sampah organik dapat membentuk emisi gas rumah kaca. Sebab, bahan organik mampu menghasilkan gas metan yang 21x lebih merusak dan merangkap panas lebih banyak dibandingkan karbondioksida.

"Kalau diperumpakan sampah itu negara, negara yang berkontribusi pada efek rumah kaca itu pertama Cina, kedua Amerika Serikat, ketiga food and loss waste (metana). Sampah di dunia dikumpulin, bisa menjadi negara ketiga penyumbang efek rumah kaca," jelas Dian.

3. Ketiga: masih banyak orang kelaparan di dunia.

Untuk alasan berikutnya ialah jumlah sampah makanan yang dihasilkan sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan makan bagi banyak orang kelaparan di dunia, termasuk di Indonesia.

Tentu, menyisakan dan membuang makanan begitu saja karena tidak menerapkan pola yang tepat sangat disayangkan.

Menurut Dian, 25 persen sisa makanan di dunia dapat menghidupi 870 juta orang di dunia. Jika seandainya satu orang Indonesia menyisakan satu butir nasi, maka akan ada 4.980 kg nasi terbuang dalam sehari.

Baca juga: Akademisi UII: Ini Cara Mengelola Sampah Masker Sekali Pakai

"Belum kalau air, satu gelas penuh tapi begitu minum tidak sampai habis. Kalau dikumpulin sehari bisa 1,5 liter. Itu kita buang sia-sia. Padahal ada yang tidak bisa mendapat air bersih," tandas Dian.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com