Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Guru Besar UPI Tegaskan Mahasiswa Perlu Hijrah dari Job Seeker ke Job Creator

Kompas.com - 09/06/2021, 11:51 WIB
Alifia Nuralita Rezqiana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Hj. B Lena Nuryanti Sastradinata M. Pd mengatakan, mahasiswa perlu diarahkan untuk hijrah kolosal dari mindset job seeker menuju job creator.

“Mahasiswa diarahkan pada pengerjaan tugas bertahap yang telah dirancang oleh dosen, kemudian disadari atau tidak oleh mahasiswa bagaikan treatment brain washing, itulah kenyataannya hijrah kolosal mahasiswa,” tulisnya dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com pada Rabu (9/6/2021).

Menurut Lena, hal tersebut dapat terjadi secara evolusi dalam 16 kali pertemuan pembelajaran.

“Pada akhirnya, mereka telah memiliki usaha online masing-masing yang semuanya memanfaatkan platform digital,” ujar Lena.

Baca juga: Guru Besar UPI Jelaskan Peran Kebijakan dan Olahraga dalam Pembangunan

Lebih lanjut, ia mengatakan, proses pembelajaran lebih menitik beratkan pada bagaimana suatu pembelajaran didesain agar mampu membangun karakter wirausaha yang dilandasi kreativitas dan inovasi.

Lena mengatakan, karakter wirausaha perlu memanfaatkan teknologi dengan dilandasi karakter Jujur, Etis, Mandiri, Peduli, Optimis, dan Luwes (JEMPOL), sehingga akan menghasilkan wirausahawan baru yang tangguh.

“Terdapat hubungan yang saling keterkaitan antara kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi kreatif,” kata Lena.

Penyesuaian arah pembelajaran interaktif berbasis digital, menurut Lena, menjadi adaptasi baru dalam dunia pendidikan.

Baca juga: Guru Besar UPI: Perguruan Tinggi Harus Berani Ubah Pendidikan Kewirausahaan Jadi Digitalpreneur

“Seperti platform media sosial, WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, dan platform digital lain yang juga memanfaatkan AdSense, di mana iklan online memegang peranan penting,” ujarnya.

Selain lebih murah daripada iklan offline, menurut Lena, iklan online juga lebih proporsional karena terfokus pada sasaran konsumen yang lebih tepat.

“Misal sesuai usia, jenis kelamin, hobi, gaya hidup, penyakit yang diidap, dan masih banyak dimensi yang dapat dikembangkan. Wilayah cakupan iklan bisa merambah kepada konsumen di seluruh dunia,” katanya.

Lena menjelaskan, kewirausahaan dan ekonomi kreatif memiliki benang merah, yaitu konsep kreativitas, ide atau gagasan, dan inovasi.

Baca juga: Meningkat Pesat, Peserta UTBK SBMPTN 2021 di UPI Naik 94,39 Persen

“Dengan bermunculannya wirausaha-wirausaha baru mahasiswa sebelum lulus sebagai hasil strategi pembelajaran kewirausahaan, maka antar mereka juga telah membangun komunitas dan membuat website sendiri, untuk kebersamaan dan berjalannya keberlanjutan usaha,” paparnya.

Ia mengatakan, bagi perguruan tinggi, khususnya UPI, era revolusi industri 4.0 menjadi sebuah momentum dalam mewujudkan pendidikan yang cerdas, melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses, dan relevansi dalam mewujudkan kelas dunia.

“Untuk mendorong agar tidak terjadi lagi penambahan pengangguran terdidik maka peran pendidikan sangatlah penting di dalam memberikan solusi penanggulangan labor market outcomes,” kata Lena.

Lena menjelaskan, harus ada revitalisasi dalam pelaksanaan sistem pembelajaran, sehingga perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan yang siap bekerja bahkan telah menciptakan pekerjaan sejak mengikuti perkuliahan.

Baca juga: UPI Buka Jalur Mandiri dan Prestasi Istimewa, Simak Informasinya

Menurutnya, revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang ditandai dengan disrupsi teknologi memiliki implikasi yang signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

“Keberadaan lembaga pendidikan tinggi akan tetap dibutuhkan, terutama oleh masyarakat yang masih berharap bahwa perguruan tinggi merupakan fungsi dari Tridarmanya itu sendiri,” ujarnya.

Lena mengatakan, keprihatinan masyarakat akan suramnya dunia kerja harus diimbangi dengan upaya para pendidik untuk peduli dan menanamkan kecerdasan kepada mahasiswa, agar mampu bangkit dari keterpurukan.

“Dengan demikian, profesi pendidikan dan keguruan yang mempertahankan adanya hubungan interaktif dengan kesetaraan yang beretika akan tetap eksis sampai anak cucu dan cicit generasi Alpha di beberapa dekade mendatang,” tutur Lena.

Baca juga: Turnamen E-sports Liga Mahasiswa, Tim UPI-1 Terbaik di Jabar

Kendati teknologi mengalami revolusi, Lena mengingatkan, manusia tetaplah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya, terutama dengan Tuhannya, demi keselamatan di alam keabadian kelak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com