Siswa juga wajib mengenakan seragam sekolah seperti biasa dan juga absen ketika jam pelajaran dimulai. Pada saat belajar secara tatap maya, siswa juga harus menyalakan kamera perangkatnya sehingga kehadirannya bisa terpantau.
Kurikulum yang digunakan juga masih menggunakan kurikulum nasional karena jadwal pembelajarannya masih berjalan seperti biasa.
Yang terpenting, pembelajaran harus dikemas berorientasi siswa. Mereka difasilitasi untuk belajar lebih banyak yang mengalami, seperti melakukan pemecahan masalah, melakukan percobaan, atau kegiatan yang mendorong lebih banyak berpraktik.
Interaksi antarsiswa dilakukan dengan memfasilitasi siswa untuk berdiskusi atau bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Jadi siswa tetap bisa berdiskusi dengan teman-temannya, seperti pada pembelajaran tatap muka.
Program ini membuat persentase siswa yang mengikuti PJJ di SMP As-Shofa hampir sama dengan saat belajar tatap muka. Jika sebelum pandemi persentase siswa yang mengikuti pembelajaran di atas 95 persen, setelah pandemi persentasenya masih di atas 90 persen lebih.
Baca juga: Webinar Faber-Castell: Refleksi Pendidikan Indonesia antara PJJ dan PTM Terbatas
Untuk melihat efektivitas PJJ, sekolah harus melakukan evaluasi berkala. Kami mengirim kuesioner kepada orangtua siswa untuk mengukur keberhasilan PJJ.
Hasil evaluasi yang kami dapatkan, 80 persen orangtua siswa mendukung kegiatan PJJ di sekolah. Rinciannya, 17 persen orangtua sangat setuju dan 63 persen setuju dengan pelaksanaan PJJ.
Memang ada 15 persen orangtua yang kurang setuju dan 5 persen tidak setuju dengan program PJJ sekolah. Data ini menjadi bahan evaluasi kami untuk melakukan perbaikan berkelanjutan dalam pelaksanaan PJJ.
Dari segi penilaian siswa selama PJJ, ada nilai yang meningkat walaupun ada juga yang menurun.
Sebelum pandemi misalnya, penilaian harian mata pelajaran matematika rata-rata mencapai 79,12, saat PJJ turun menjadi rata-rata 76,95. IPA dari rata-rata 78,78 juga turun sedikit menjadi 76,88. Tetapi penurunan tersebut tidak terlalu signifikan.
Bahasa Inggris yang sebelum pandemi rata-rata penilaian harian siswa ada di angka 82,62. Setelah pandemi justru nilainya meningkat drastis menjadi 88,81. PJJ yang diterapkan guru bahasa Inggris ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Data ini bisa menjadi bukti, PJJ yang dirancang efektif dan berorientasi pada siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PJJ atau PTM yang membedakan hanya tempat. Tantangannya adalah memastikan pembelajarannya dapat berjalan efektif dan dapat mengembangkan potensi terbaik anak-anak kita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.