Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KKN ITS di Bojonegoro Temukan 4 Titik Sumber Air dengan Metode Ini

Kompas.com - 07/09/2021, 14:54 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu wilayah di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur sering mengalami kekeringan. Seperti di beberapa desanya yakni Desa Jumok dan Desa Nganti yang sulit mendapat air bersih.

Untuk mengatasi masalah itu, 30 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) guna menemukan sumber air untuk pembuatan sumur wakaf.

Menurut Ketua Tim KKN tersebut, Athif Afisga Mathoyah, kekeringan yang terjadi di Desa Jumok dan Desa Nganti, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro ini diakibatkan oleh kemarau yang panjang.

Baca juga: Mahasiswa UGM Inovasi Limbah Masker Medis Jadi Bahan Organik

Selain itu, keberadaan sumur air tanah yang minim juga mengakibatkan kurangnya ketersediaan air di desa tersebut.

"Oleh karena itu, mereka selalu berharap pada bantuan tangki air yang datang saat musim kemarau," ujarnya seperti dikutip dari laman ITS, Selasa (7/9/2021).

Dengan metode geolistrik

Karenanya tim KKN tersebut berinisiatif untuk membuat sumur-sumur wakaf. Pada penerapannya, mereka mencari titik-titik sumber air tanah yang ada di kedua desa tersebut.

Tidak hanya itu mereka juga mencari kedalaman yang efektif bagi sebuah sumur menggunakan metode geolistrik.

"Metode ini merupakan metode pendeteksian pengukuran potensial, arus, serta medan elektromagnetik yang terjadi akibat injeksi maupun alamiah," imbuhnya.

Kini, mereka telah berhasil menemukan empat titik sumber air. Keempat sumber tersebut diperoleh dari dua sumber di Desa Nganti dan dua sumber di Desa Jumok.

Baca juga: Mahasiswa UPN Jogja Inovasi Cangkang Kerang Jadi Pupuk Organik

"Data dari sumber-sumber air inilah yang kemudian akan menjadi patokan-patokan pembuatan sumur," ungkapnya.

Adapun pelaksanaanya KKN yang dibimbing oleh Yoyok Setyo Hadiwidodo ST MT PhD ini bekerja sama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bojonegoro.

Dijelaskan, data-data titik sumber air dan kedalaman sumur yang telah ditemukan kemudian diserahkan kepada ACT Bojonegoro untuk ditindaklanjuti.

"Setelah itu, ACT Bojonegoro inilah yang kemudian akan melanjutkan pembangunan sumur, keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK), serta pipanisasi ke rumah-rumah warga," jelasnya.

Meski demikian, dalam penerapannya terdapat beberapa kendala yang mengharuskan adanya penelitian lebih lanjut.

Salah satunya adalah adanya titik air yang memiliki rasa asin. Rasa asin ini tentu dapat menjadi permasalahan untuk sebuah sumber air.

"Oleh karena itu, kami terutama mahasiswa yang berasal dari Departemen Teknik Lingkungan kini sedang menyelidiki penyebab dari hal tersebut," ungkapnya lagi.

Diharapkan, dengan adanya program KKN ini dapat menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat.

Secara pribadi, Athif juga berharap KKN ini dapat meningkatkan kemampuan kerjasama tim bagi mahasiswa.

Baca juga: 15 Produk Inovasi Penanganan Covid Hasil Kolaborasi Unair dan Mitra

Serta dengan adanya KKN ini juga dapat mengatasi permasalahan kurangnya air bersih di Desa Nganti dan Desa Jumok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau