KOMPAS.com - Bisa mewujudkan impian menempuh studi di luar negeri tentu menjadi kebanggaan bagi diri sendiri maupun keluarga.
Kuliah di luar negeri saat ini bisa menjadi mimpi tiap mahasiswa. Hal ini bisa diwujudkan dengan biaya mandiri atau mencari beasiswa yang disediakan baik oleh negara maupun swasta.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) Yosua Putra Iskandar termasuk salah satu yang beruntung karena bisa kuliah di luar negeri melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).
Dia sangat bersyukur bisa lolos IISMA karena bisa menempuh studi di luar negeri sudah jadi impiannya sejak lama.
Baca juga: 45 Siswa Ikuti Asesmen Nasional di SMPN 1 Kuta Selatan
Yosua membagikan tips bagi mahasiswa lain yang ingin mengikuti program IISMA di batch selanjutnya.
Mahasiswa angkatan 2018 ini menerangkan, penting bagi mahasiswa agar memiliki relasi dengan peserta IISMA batch sebelumnya. Menurutnya, selain persiapan esai ataupun dokumen, juga harus punya kenalan yang pernah ikut IISMA batch sebelumnya.
Banyak rekomendasi dan informasi mengenai IISMA baik di TikTok atau YouTube. Namun jika bisa berkomunikasi langsung dengan peserta IISMA, mahasiswa bisa dapat insights personal atau wawasan yang memang penting untuk diperhatikan saat mendaftar program ini.
Menurut Yosua menempuh studi di luar negeri memberikan banyak pengalaman serta pengetahuan baru.
"Dari awal masuk kuliah, memang ingin ikut exchange program. Karena menarik dan jadi satu kesempatan yang bagus untuk mengembangkan diri," kata Yosua seperti dikutip dari laman resmi Unair, Sabtu (9/10/2021).
Baca juga: 7 Toga Terunik di Indonesia, Ada Kampusmu?
Yosua menjelaskan, dengan berkuliah di luar negeri dia bisa belajar education system di negara lain. Selain itu dia juga bisa mendapat education experience sekaligus dapat networking.
Melalui program IISMA, Yosua dan awardee lain diperbolehkan mengikuti mata kuliah yang tidak linear dengan jurusan asal.
"Kami diberi kebebasan untuk ambil mata kuliah non-linear. Jadi kami bisa explore ke hal-hal lain. Seperti ekonomi, dan personality psychology. Asiknya semua course multidisiplin, jadinya seru dan dapat international exposure," papar mahasiswa yang ingin berkarier di organisasi internasional tersebut.
Suka duka kuliah di luar negeri
Setelah bertolak ke Pécs, Hungaria pada September 2021 lalu, Yosua sempat mengalami hambatan bahasa. Pasalnya di Eropa mayoritas orang tidak menggunakan bahasa Inggris namun menggunakan bahasa di masing-masing negara.
"Sehingga waktu di supermarket pun untuk bahasa tulisnya tetap memakai bahasa Hungaria," terang mahasiswa yang aktif dalam organisasi International Law Student Association (ILSA) ini.
Baca juga: Lewat Squid Game, UM Surabaya Kenalkan Lingkungan Kampus Lewat Film