Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nurhayati Subakat, Founder Paragon yang Peduli Pendidikan Bangsa

Kompas.com - 22/10/2021, 14:31 WIB
Dian Ihsan

Penulis

"Pernah saya memperoleh surat dari seorang dokter, dia penerima beasiswa. Jadi memberi orang satu beasiswa, bisa mengangkat satu keluarga. Makanya itu, penting pendidikan bagi kami, khususnya perusahaan ini," tegas dia.

Pada konteks yang lebih luas, bilang dia, pendidikan pun bisa membuat suatu bangsa lebih maju di seluruh lini kehidupan.

Meski pendidikan itu penting, dia mengaku banyak orang yang sukses tanpa mengeyam bangku perguruan tinggi.

Baca juga: Dirut Telkom Ceritakan Perjalanan Karier ke Mahasiswa ITB

Namun, dengan pendidikan bisa mempercepat kesuksesan itu.

"Jadi saya menyebut pendidikan itu ibaratnya seperti jalan tol. Jalan tol yang membuat kehidupan lebih baik. Makanya kita terus memberi beasiswa kepada masyarakat," tutur dia.

Pengusaha harus lebih peduli ke pendidikan Indonesia

Dia berharap lebih banyak pengusaha yang peduli dalam membangun pendidikan Indonesia, seperti yang dilakukan perusahaannya saat ini.

Dia juga mengharapkan Paragon bisa bermanfaat terus bagi masyarakat Indonesia, khususnya dalam dunia pendidikan.

"Ini pekerjaan kita bersama, bagaimana seluruh masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan layak," sebut wanita yang memiliki hobi traveling ini.

Pernah gagal jadi dosen

Dari kisah suksesnya dalam membangun perusahaan dan meningkatkan pendidikan, ternyata Nurhayati pernah gagal menjadi dosen.

Padahal, pada waktu itu Nurhayati merupakan lulusan terbaik ITB di tahun 1975.

"Tapi memang itu ketentuan Allah, saya pikir lulusan terbaik bisa menjadi dosen. Pada saat saya melamar dosen, saya tidak diterima, saya tidak tahu kenapa saya gagal menjadi dosen," ungkap dia.

Keinginan menjadi dosen merupakan permintaan dari almarhum ayahnya.

"Almarhum ayah selalu ingin anak perempuan lebih baik menjadi dosen. Ibu saya juga pernah bilang itu," terang dia.

Meski gagal menjadi dosen, dia tidak pantang menyerah hingga menjadi sekarang ini.

"Pernah kerja di sebuah Apotek di Tasikmalaya, pernah kerja sebagai apoteker juga di sebuah industri kosmetik. Pernah mendidikan perusahaan yang perusahahnnya pernah terbakar. Kemudian dia bangkit lagi karena memikirkan nasib karyawan dan utang. Akhirnya membuka kosmetik halal bernama Wardah, dan sukses sampai sekarang ini," kata dia.

Dari semua perjalanan karier yang dilaluinya, dia selalu mengingat pentingnya pendidikan bagi setiap orang.

Baca juga: Mahfud MD: Kampus Undip Benteng Pancasila

"Jadi bisnis itu berkat pengalaman dan pendidikan. Itu yang harus selalu diingat dan dijalankan," tukas istri dari Subakat Hadi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com