KOMPAS.com - Anak dengan disleksia dapat bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang tetap berprestasi melalui strategi belajar dan pendampingan yang tepat.
Psikolog dan Wakil Kepala Kurikulum Pendidikan Inklusi Cikal, Vitriani Sumarlis mengatakan ada strategi dalam mendukung pengembangan minat, bakat dan proses belajar anak dengan disleksia agar optimal.
Strategi tersebut antara lain akomodasi belajar, pemberian instruksi bertahap, pemberian jadwal terstruktur hingga modifikasi kurikulum.
Menurut Vitriani, modifikasi kurikulum harus memahami bahwa anak disleksia memiliki hambatan dalam bahasa.
Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar
“Kami di Pendidikan Inklusi Cikal melakukan penyesuaiannya ke anak dengan disleksia tersebut sesuai fase perkembangan. Misalnya, ia kini merupakan murid kelas 3 SD, namun pemahaman bahasanya kami sesuaikan dengan program bahasa di kelas 2 atau kelas 1," tuturnya dalam keterangan tertulis.
Sehingga, lanjut dia, tujuan belajar bahasanya memang tidak sama dengan temannya. Namun, di pelajaran lain seperti Sains, Agama, tetap sama dengan murid lainnya.
Langkah penting kedua yang harus dilakukan ialah akomodasi terhadap kebutuhan belajar anak.
Vitriani menyatakan bahwa anak-anak dengan disleksia memang dikenal mudah terdistraksi dan memiliki gangguan fungsi eksekutif (fungsi eksekutif adalah keterampilan dari bentuk kontrol kognitif yang dibutuhkan untuk mengendalikan diri dan mengelola perilaku), serta regulasi diri sehingga penting untuk mengakomodasi belajarnya melalui kelompok kecil atau personal.
Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak
“Rangkaian akomodasi dilihat dari kebutuhan anak, misalnya anak A harus belajar di kelompok kecil 4-6 anak atau one-on-one agar optimal. Selain itu, ada pula anak yang membutuhkan akomodasi dan modifikasi bersamaan,” tambahnya.
Instruksi bertahap dan jadwal terstruktur juga penting
Vitriani juga menegaskan bahwa struktur merupakan hal yang esensial dalam proses belajar anak dengan disleksia dan harus dipahami oleh guru serta orang tua di rumah.
Secara umum, lanjutnya, anak-anak dengan disleksia sangat membutuhkan struktur dalam sebuah setting dan proses belajar. Jika tidak ada, maka dampaknya tidak hanya tulis baca, melainkan anak juga berpotensi canggung.
"Ketika akan belajar anak pun perlu diberitahukan struktur dengan detail, misalnya di sesi belajar bahasa hari ini kita akan membaca, lalu kita tanya jawab, setelah itu kita boleh berkegiatan menggambar, dan terakhir kita menjawab pertanyaan. Dalam hal ini, urutan harus jelas. Dan anak dengan disleksia akan baik sekali jika memiliki agenda,” jelas Vitri.
Baca juga: JIS Buka Beasiswa Penuh bagi Siswa SMP-SMA di Indonesia
Selain jadwal terstruktur, pemberian instruksi bertahap juga dapat menjadi salah satu strategi tepat bagi proses belajar anak dengan disleksia.
Misalnya, menyiapkan anak ke sekolah, dimulai dengan menyiapkan bukunya, kenakan sepatu, lalu berangkat.
“Dalam instruksi bertahap, orang tua perlu menyadari bahwa anak dengan disleksia berpikir bahasa itu sifatnya abstrak dan multi tafsir jadi perlu bertahap saat memberikan instruksi dan dari segi struktur itu harus multi sensori (kewajiban buat anak dengan disleksia), perlu visualisasi agar membuat belajar lebih efektif dan efisien,” ucap Vitriani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.