Penulis: Paulina Dewanti, Editor Elex Media Komputindo
KOMPAS.com - Apa bedanya paradigma, pola pikir, dan perilaku? Kalau dijabarkan, tentu saja akan menjadi panjang.
Steven Covey, dalam bukunya 7 Habits Of Highly Effective People, mendefinisikan paradigma sebagai cara kita memandang sesuatu, yaitu pandangan kita, kerangka acuan kita atau keyakinan kita.
Kalau pola pikir, menurut James Artur Ray, mindset atau pola pikir adalah sekumpulan kepercayaan yang memengaruhi sikap seseorang, atau suatu cara berpikir yang menentukan perilaku, pandangan, sikap, dan masa depan seseorang.
Sementara perilaku adalah apa yang kita lihat atau kasat mata terjadi, sementara mindset atau pola pikir ibarat niat yang menggerakkan perilaku tersebut, tidak kasat mata.
Baca juga: Ini Tiga Ciri Kamu Mengalami Fase Quarter Life Crisis
Dapat dikatakan, perilaku terjadi secara otomatis sesuai dengan mindset yang ada di benak kita masing-masing. Mindset-lah yang menggerakkan secara otomatis perilaku-perilaku kita.
Oleh karena itu, jika kita ingin mendapatkan perilaku yang kita inginkan maka mindset atau pola pikiri kitalah yang seharusnya dikelola. Namun bagaimana caranya?
Dalam kehidupan sehari-hari, karena kita sering kali ingin segera mengubah perilaku seseorang yang kita anggap tidak sesuai dengan harapan. Akan tetapi, kita lupa mengubah mindset yang mendasari perilaku-perilaku tersebut.
Bukankah akan lebih mengena jika kita memperbaiki mindset kita terlebih dulu?
Mengubah mindset pun bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Butuh dialog, pertukaran pikiran hingga secara sukarela dapat diterima.
Baca juga: Beasiswa S2 University of Cambridge 2022, Tunjangan Rp 351 Juta Per Tahun
Paradigma dan mindset ini pun bersifat personal dan tertutup, cenderung disembunyikan, maka dibutuhkan rasa aman (secure) dan kepercayaan (trust) jika kita ingin menggali dan membicarakannya.
Mindset kita juga akan langsung berubah jika mengalaminya langsung, baik dalam peristiwa suka maupun duka.
Pengalaman langsung adalah salah satu alasan kuat kita mengubah mindset kita.
Kabar baiknya, mindset tidak bersifat permanen, semua bisa berubah jika kita menginginkan atau mengalami suatu keadaan yang memaksa kita mengubah cara berpikir kita.
Maka optimislah bahwa kita bisa mengubah semua perilaku buruk kita menjadi lebih baik, jika kita mau mengubah kebiasaan dan cara berpikir kita.
Pengalaman langsung merupakan salah satu faktor yang mampu mengubah mindset seseorang. Karena, hal ini yang dialami oleh penulis buku Your Mindset Your Destiny, Arvan Pradiansyah seorang motivator dan penyintas Covid-19.
Baca juga: The Lyrics of Self-Acceptance, Belajar Menerima Diri Sendiri lewat Seni
Diceritakan oleh Arvan dalam bukunya, pada malam ketika saturasinya menyentuh angka 90, saat itulah pertama kalinya ia mendapat perubahan mindset mengenai Covid-19.
Malam itu ia merasakan ketakutan yang luar biasa.