KOMPAS.com - Di tengah musim penghujan, ditambah dengan adanya La Nina berpotensi meningkatkan peluang terjadinya curah hujan yang cukup tinggi.
La Nina sendiri merupakan fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi, termasuk di wilayah Indonesia.
Hal tersebut dipaparkan pakar Iklim dan Bencana UGM, Emilya Nurjani. Ia menjelaskan, dampak yang dirasakan dengan adanya La Nina adalah hujan yang cukup tinggi.
Bahkan, di beberapa tempat dapat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari sehingga dapat menimbulkan beberapa bencana antara lain banjir, longsor yang biasa disebut sebagai bencana Hidrometeorologis.
Baca juga: Ribuan ASN Dapat Bansos, Pakar UGM: Mentalitas Miskin Penyebab Salah Sasaran
Ia menyebut, diperkirakan hampir semua wilayah Indonesia terkena dampak La Nina, namun dengan tingkat risikonya tidak sama.
Meski La Nina merupakan fenomena iklim dengan siklus tahunan per 2, 3, 5, 7 tahunan sekali. Menurutnya, bukan hanya La Nina saja, bila ada siklon, maka potensi curah hujan yang turun di wilayah Indonesia akan tinggi dan berisiko menciptakan bencana.
Bila terjadi siklon, maka mempunyai potensi dampak hingga wilayah 500 km dari pusat siklon dan karena siklon terbentuk di lautan, dampak langsung memang bagi wilayah pesisir.
“Siklon juga menambah bencana gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai,” ujarnya, Rabu (24/11/2021), seperti dilansir dari laman UGM.
Untuk wilayah-wilayah yang rawan memiliki potensi banjir dan longsor menurutnya seharusnya sudah melakukan mitigasi saat BMKG mulai mengeluarkan prediksi.
Setiap ada curah hujan lebat, penduduk sudah harus melakukan evakuasi ke tempat yang aman yang sudah disediakan oleh pemerintah setempat.
Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit
“Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor sehingga cepat diketahui. Tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor maka diikuti saja bunyi sirine bencananya,” katanya.
Menanggapi kebijakan pemerintah melalui Kementerian PUPR yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina dengan cara mengurangi volume air, menurutnya tidak begitu efektif sebab kondisi banyak waduk dan bendungan sekarang ini posisi ketinggian airnya sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.
“Apalagi yang mau dibuang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi, dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk,” paparnya.
Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.