Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Mahasiswa Undip Ubah Ampas Teh Jadi Sabun Pencegah Virus Covid-19

Kompas.com - 29/11/2021, 17:00 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Empat mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) berhasil mengembangkan inovasi dengan memanfaatkan bahan baku limbah (ampas) teh menjadi sabun antiseptik atau hand wash.

Sabun dari ampas teh yang diberi nama Polytea ini dapat membunuh virus corona yang menjadi penyebab penyakit Covid-19.

Baca juga: Pakar Unair: Ini Penyebab Gagal Jantung

Inovasi yang dilakukan Mahendra Farih Sholawa, Rega Ardiansyah, Fellanda Harfiana dan Palupi Diah Utami tersebut terjaring melalui Program 100 Wirausaha Muda Sekolah Vokasi Undip.

Ketua Tim TRKI Vokasi, Mahendra Farih Sholawa mengatakan, Polytea memanfaatkan ampas teh yang selama ini dibuang begitu saja sebagai bahan baku.

Ampas teh yang semula hanya dilihat sebagai limbah, ternyata memiliki kandungan senyawa bioaktif berupa flavonoid dan tanin sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagai minyak atsiri yang memberikan wangi khas, serta saponin yang berfungsi untuk merusak protein dinding sel.

Untuk memperkuat zat-zat tersebut, para mahasiswa memakai ekstrak daun suji sebagai penguat anti bakteri, pencegah radikal bebas dan sebagai zat pewarna hijau alami yang mengandung banyak klorofil.

Dipilihnya daun suji adalah karena potensi daun suji yang besar di lingkungan dan banyak orang belum mengetahuinya, padahal daun suji dapat digunakan sebagai bahan pembuat hand wash yang lebih ramah lingkungan.

"Dengan memanfaatkan bahan limbah teh, kami berempat berhasil membuat inovasi produk hand wash yang sepakat kami namai Polytea. Produk ini dari hasil uji diketahui dapat membunuh virus dan bakteri serta bisa mencegah penyebaran Covid-19," ucap dia melansir laman Undip, Senin (29/11/2021).

Adapun cara pengolahan handwash ini sangat mudah dan biaya yang digunakan sangat ekonomis.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Polytea yaitu ekstrak ampas teh yang dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut terbaik, pewarna alami dari daun Suji, NaCl, texapon dan aquades.

Baca juga: 2 Orang Ini Rentan Kena TBC Menurut Dokter RSA UGM

Proses pembuatannya sebelumnya dilakukan dengan skala laboratorium terlebih dahulu untuk menentukan kualitas dari produk ini dan pada akhirnya Polytea bisa diproduksi dalam skala home industry.

Mahasiswa TRKI 2019 ini menyebut, cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan semua bahan hingga homogen dan tunggu selama 2×24 jam untuk mendapatkan larutan polytea hingga siap digunakan.

"Polytea ini sudah melewati tahap uji organoleptik seperti bau, rasa, tekstur, ketahanan, dan warna. Kemudian sudah uji pH, viskositas dan densitas sehingga siap dikemas dan dipasarkan," ungkap Mahendra.

Anggota tim lainnya, Rega Ardiansyah, menambahkan bahwa produk Polytea ini juga sudah dijual secara terbatas per botol ukuran 250 ml seharga Rp 13.000 sebagai uji coba.

Target pemasarannya yaitu para pelajar, masyarakat umum, rumah makan, tempat publik, kantor, apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. Omsetnya sudah bisa mencapai Rp 1.399.000 per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com