Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Mahasiswa ITS agar Laut Indonesia Bebas Sampah Plastik

Kompas.com - 07/12/2021, 15:15 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Berdasarkan Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik dibuang ke laut Indonesia setiap tahunnya.

Limbah plastik di laut dapat mengalami degradasi menjadi mikroplastik yang mampu mengontaminasi rantai makanan biota laut. Hal ini sangat berbahaya bila biota laut tersebut dikonsumsi manusia.

Mirisnya, belum ada teknologi yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam penanganan dan pengurangan mikroplastik. Hal ini diungkap Ketua tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Arkilaus Bellinus Felle atau akrab disapa Billy.

Baca juga: Webinar IPB: Seperti Ini Pertolongan Pertama pada Gigitan Ular

"Belum ada teknologi yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam penanganan dan pengurangan mikroplastik,” ungkap Billy seperti dilansir dari laman ITS.

Peduli akan hal itu, ia bersama tim mahasiswa ITS inovasikan filter air tercemar mikroplastik berbasis Bulk Acoustic Wave (BAW).

Billy menjelaskan bahwa filter karya timnya tersebut mampu menyaring semua jenis dan bentuk mikroplastik yang terkandung dalam air laut maupun air tawar.

“Karena ukurannya sangat kecil sehingga dibutuhkan metode khusus dalam penyaringan partikel mikroplastik,” jelasnya.

Dengan memanfaatkan teknologi gelombang akustik, alat ini tidak lagi memerlukan saringan mekanis sehingga tak perlu membersihkan filter secara berkala dan pemakaian lebih tahan lama.

Di samping, gelombang akustik inilah yang akan mendorong partikel-partikel mikroplastik, sehingga dapat terseparasi dari air laut.

“Inovasi ini mewujudkan poin 14 SDGs (Sustainable Development Goals) tentang menjaga ekosistem laut,” ucap salah satu wisudawan ITS pada Oktober lalu ini.

Baca juga: Kuliah S2 Gratis di 7 Universitas Jepang 2023, Tunjangan Rp 22 Juta Per Bulan

Cara kerja alat ini sendiri diawali dengan memompa air hingga mengalir masuk ke dalam alat melalui pipa akrilik. Air laut akan dialirkan melewati dua buah speaker full range yang mengapit pipa akrilik di tengah.

Lalu, speaker tersebut akan menimbulkan gaya dorong yang disebut dengan acoustophoretic force.

“Frekuensi pada speaker sebesar 6,813 Hz untuk mendapatkan efisiensi tertinggi,” terang alumnus Departemen Teknik Fisika ini.

Lebih dalam, Billy mengatakan bahwa di ujung alat terdapat tiga cabang pipa. Partikel mikroplastik akan terpusat ke jalur pipa bagian tengah, sementara air yang berhasil terfiltrasi akan disalurkan ke laut melalui pipa ujung kanan dan ujung kiri.

“Alat ini memerlukan waktu 1-2 menit untuk menyaring partikel dengan efisiensi hingga 71 persen,” ungkap lelaki kelahiran Balikpapan 1998 ini.

Dengan bimbingan dosen Departemen Teknik Fisika, Dhany Arifianto, tim ini berhasil menyabet medali perak pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2021 bidang Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) kategori poster.

Baca juga: BCA Buka 10 Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, Segera Daftar

Billy dan ketiga anggota tim yang seluruhnya dari Departemen Teknik Fisika, yaitu Berliana Nur Indah Sari, Laila Sifha Urrohma, dan Dian Permana, Billy menamakan inovasi ini "Rancang Bangun Alat Penyaring Air Tercemar Mikroplastik Berbasis Bulk Acoustic Wave".

Tim mahasiswa berharap bahwa inovasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut, tidak terhenti pada program yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tersebut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau