Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Geologi ITS: Pasca-erupsi, Semua Harus Patuh Peta KRB Semeru

Kompas.com - 09/12/2021, 06:21 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

Gunung Semeru merupakan gunung api yang biasa mengeluarkan gas beserta material vulkanik setiap 30 – 60 menit, dengan letusan berintensitas kecil. Hal ini yang membedakan Gunung Semeru dengan gunung api lain, seperti Gunung Merapi atau Gunung Kelud.

"Semeru jarang meletus dalam skala besar, karena secara teratur menyalurkan tekanan dan material vulkaniknya dari dalam dapur magma ke permukaan bumi," jelas Haris.

Baca juga: Psikolog Unair: Penurunan Higienitas Diri Termasuk Gejala Psikosis

Longsoran material vulkanik mudah terjadi sewaktu-waktu

Hal itu, menurut Haris, dapat dikatakan keuntungan karena pengumpulan tekanan besar di dalam dapur magma dapat sedikit dihindari. Erupsi yang terjadi di Gunung Semeru pascaguguran vulkanik terjadi dan tekanan bagian penutup berkurang, masih berlangsung pada erupsi skala kecil.

Hal ini menunjukkan tekanan dan material di dapur magma Gunung Semeru tidak terlalu besar. Di sisi lain karakter tersebut juga harus diwaspadai karena material erupsi hanya terkumpul di sekitar kawasan puncak.

"Sewaktu-waktu longsoran akan mudah terjadi, apabila telah mencapai batas ketidakstabilan lereng," tambahnya.

Baca juga: Akademisi UGM: 3 Bahan Ini Bisa Kurangi Malanutrisi Pasien Hemodialisis

Hingga saat ini status Gunung Semeru berada pada level waspada karena aktivitas vulkanik tidak menunjukkan peningkatan signifikan yang mengindikasikan adanya erupsi besar. Menurut Haris, aktivitas gunung api seperti ini merupakan siklus. Karena hukum alam, aktivitas tersebut pasti akan mengalami perulangan.

"Tetapi tidak perlu panik dan harus tetap waspada, sadari bahwa Gunung Semeru saat ini sedang melakukan rutinitasnya," jelas Haris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com