KOMPAS.com - Bagi siswa yang suka dunia astronomi, apakah sudah paham dengan fenomena yang satu ini? Namanya fenomena Perihelion dan Aphelion.
Menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang, Perihelion adalah fenomena di mana Bumi berjarak dekat dengan Matahari.
Fenomena yang sempat terjadi pada 4 Januari 2022 lalu dimana posisi Bumi mencapai jarak terdekatnya dengan Matahari sebesar 147.105.502 km.
Baca juga: Peneliti BRIN: Ini Cara Bedakan Sampo Asli dan Palsu
"Perihelion terjadi dikarenakan lingkaran orbit Bumi yang tidak sempurna melainkan berbentuk elips," ujarnya dikutip dari laman Pusat Riset Antariksa Lapan BRIN, Kamis (7/1/2022).
Kelonjongan orbit Bumi sebesar 0,0167 yang berarti setengah sumbu pendek (semi minor axis) orbit Bumi lebih pendek 1,67 persen dibandingkan dengan setengah sumbu panjangnya (yang merupakan jarak rata-rata Bumi ke Matahari) yakni sebesar 149,6 juta kilometer atau 8,3 menit cahaya.
Sedangkan fenomena Aphelion adalah fenomena yang terjadi saat Bumi berjarak sangat jauh dengan Matahari. Bumi mencapai jarak terjauhnya dari Matahari pada 4 Juli 2022 dengan jarak 152.098.455 km.
Terjadinya fenomena Aphelion dalam 200 tahun terakhir sejak tahun 1800 selalu terjadi dalam bulan Juli. Demikian juga dengan Perihelion, dalam 200 tahun terakhir sejak tahun 1800, selalu terjadi dalam bulan Januari.
"Tanggal perihelion dan aphelion cenderung berubah-ubah setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh perturbasi atau gangguan dari gravitasi planet yang lebih besar seperti Jupiter," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa Perihelion dan Aphelion tidak terjadi dalam waktu yang cukup lama melainkan pada tanggal-tanggal tertentu saja. Hal ini dikarenakan orbit Bumi juga ikut mengitari Matahari.
Baca juga: BRIN Gelar Ritech Expo 2021, Sajikan Produk Riset dan Inovasi Terbaik
Maka posisi Perihelion pada orbit Bumi juga akan bergeser terhadap ekuinoks vernal (perpotongan orbit Bumi dengan proyeksi katulistiwa pada bola langit).
Fenomena ini disebut juga presesi apsidal. Dimana setiap 50 tahun sekali, tanggal perihelion dan aphelion cenderung bergeser satu hari lebih lambat.
Adapun Perihelion dan Aphelion tidak berdampak dengan kenaikan maupun penurunan suhu di permukaan Bumi. Namun, faktor klimatologis atau iklim juga turut berperan besar dalam perubahan suhu di suatu wilayah.
Sehingga perihelion maupun aphelion tidak mempengaruhi secara langsung perubahan suhu di permukaan Bumi ini.
Dijelaskan saat perihelion, sudut deklinasi Matahari (simpangan posisi Matahari saat tengah hari terhadap proyeksi katulistiwa pada bola langit) sebesar –22° hingga –23°.
Itu artinya, Matahari akan berada di zenit untuk wilayah yang berada di 22°–23°LS dan intensitas Matahari di wilayah tersebut sangat besar.
Hal ini juga masuk akal karena di belahan Bumi selatan memasuki musim panas sementara belahan Bumi utara memasuki musim dingin.
Baca juga: Cara Registrasi Akun LTMPT SNMPTN 2022 bagi Siswa
Demikian juga saat aphelion, sudut deklinasi Matahari sebesar +22° hingga +23°. Itu artinya, Matahari akan berada di zenit untuk wilayah yang berada di 22°–23°LU dan intensitas Matahari di wilayah tersebut sangat besar.
"Hal ini juga masuk akal karena di belahan Bumi utara memasuki musim panas sementara belahan Bumi selatan memasuki musim dingin," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.