KOMPAS.com - Tahun 2022 Indonesia memegang presidensi G20, sebuah forum kerja sama internasional yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa.
Selama masa presidensi, Indonesia berperan menentukan agenda prioritas dan memimpin rangkaian pertemuan G20. Ada banyak isu dalam negeri maupun global yang menjadi pembahasan dalam G20 salah satunya pendidikan.
Dalam sambutannya pada acara pengumuman bertajuk "Kick Off G20 on Education and Culture" yang tayang melalui kanal YouTube Kemendikbud RI, Rabu (9/2/2022), Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengumumkan agenda prioritas bidang pendidikan dan kebudayaan yang akan didorong pemerintah Indonesia.
Ia juga menyampaikan optimistis G20 akan bangkitkan dunia pendidikan apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Baca juga: Karyawan Pinjol Ilegal di Cipondoh Kerja 10 Jam Lebih Sehari, Gaji Cuma Rp 1,4 Juta Per Bulan
Nadiem juga mengatakan momentum kepemimpinan ini dinilai tepat karena pada saat seperti inilah Indonesia dapat menunjukkan karakter bangsa yang luar biasa. Salah satu nilai dasar dari bangsa Indonesia adalah gotong royong.
“Jadi semakin penting untuk membantu kita dan dunia untuk pulih dan bangkit khususnya dunia pendidikan,” jelas Nadiem.
Nadiem juga menekankan pentingnya gotong royong sebagai solusi dalam membahas agenda prioritas pendidikan G20 yang akan dipimpinnya tersebut.
"Saya semakin sadar pentingnya gotong royong, salah satu nilai dasar dari bangsa kita yang sekarang menjadi semakin penting untuk membantu kita untuk pulih dan bangkit," ucap Nadiem.
Baca juga: Kick Off G20, Nadiem Umumkan Agenda Prioritas Bidang Pendidikan
Menurut Nadiem, gotong royong merupakan gagasan mendasar untuk menyukseskan program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kemendikbudristek, khususnya dalam penerapan kurikulum prototipe.
Kurikulum prototipe sendiri didesain untuk mengedepankan pembelajaran berbasis proyek dan memberikan kemerdekaan bagi guru dalam merancang proses pembelajaran.
Sejalan dengan Nadiem, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto, menekankan pentingnya nilai-nilai gotong royong untuk menjadi jembatan dalam menghadapi bonus demografi.
Dengan demikian, bonus demografi yang ada dapat berdaya guna dan menjelma menjadi kekuatan besar berupa SDM unggul di masa depan.
“Kita harus memastikan bahwa bonus demografi itu harus menjelma menjadi kekuatan besar kita di masa depan yaitu SDM yang unggul, kompeten, serta sesuai dengan perubahan yang ada di dunia nyata ini, sehingga ketika sisi permintaan (demand) sudah memunculkan sinyal seperti ini maka di sisi pasokan (supply) kita harus benar-benar ada ketautsesuaian (link and match),” tutur Wikan.
Wikan menyebutkan beberapa dampak yang disebabkan pandemi Covid-19 khususnya bagi pendidikan vokasi, seperti siswa jarang masuk sekolah, mata pelajaran praktik menjadi terhambat, serta industri semakin melemah daya serapnya. Bahkan, di tahun pertama pandemi terjadi lonjakan pengangguran, di mana Kemendikbudristek berkontribusi melalui berbagai kebijakan strategis untuk menurunkan tingkat pengangguran.
Baca juga: 5 Beasiswa S2-S3 Tanpa Batas Usia, Kuliah Gratis dan Biaya Hidup
Di sisi lain, kata dia, pandemi telah memaksa semua pihak untuk bergotong royong untuk beradaptasi, bertahan, dan pulih dari kondisi yang tidak menguntungkan.