KOMPAS.com - Tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Diperingati setiap tahun untuk mempromosikan keragaman bahasa dan budaya serta multibahasa.
Bahasa ibu atau bahasa asli mengalami ancaman kepunahan setiap harinya. Menurut data Unesco, setiap dua minggu sebuah bahasa menghilang dengan membawa seluruh warisan budaya dan intelektual. Setidaknya 43 persen dari sekitar 6.000 bahasa yang digunakan di dunia terancam punah.
Ketua Pusat Unggulan Ipteks (PUI) Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Sahid Teguh Widodo menyampaikan bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan bahasa Ibu, salah satunya bahasa Jawa.
Salah satu cara yang bisa digunakan yakni dengan Natural Language Processing (NLP).
Baca juga: Sea Buka Beasiswa Penuh 2022 di UI, UGM, ITB, IPB, Binus, IT Del
Prof. Sahid menjelaskan bahwa NLP merupakan salah satu cabang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence /AI) yang merekam interaksi manusia dengan mesin menggunakan bahasa natural atau bahasa alami.
Meski usianya sudah setengah abad, NLP termasuk penemuan baru yang sangat membantu penggunanya mengakses data secara cepat.
“Saya mencoba melipir-melipir melintasi lorong benderang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dengan mencoba melihat kemungkinan sebuah simulasi dari kecerdasan berupa bahasa Jawa untuk dimodelkan sedemikian rupa di dalam mesin. Saya kira dengan kecanggihan AI proses pelestarian (pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan) bahasa Jawa dapat cepat terwujud,” ujar Prof. Sahid seperti dilansir dari laman UNS.
Lebih lanjut Prof. Sahid memaparkan bahwa data NLP terbagi menjadi dua kategori besar yakni data berlabel dan data tidak berlabel. Data berlabel meliputi data yang berkaitan dengan aspek semantik sehingga harus dibuat secara manual.
Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia 2022 yang Lulusannya Cepat Dapat Kerja
Sementara itu, data tidak berlabel adalah data lainnya yang berkaitan dengan sintaks. Dengan adanya dua data tersebut, pengguna tidak hanya dapat menentukan arti kata tapi juga dapat memahami penerapan tata bahasa dan makna kata.
Dalam seminar daring yang digelar oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah bekerja sama dengan UNS itu, Prof. Sahid memuji peluncuran Kamus Digital Budaya Jawa.
Kamus digital yang dikembangkan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah tersebut diharapkan dapat membantu mempertahankan bahasa Jawa.
“Ide untuk membuat Kamus Digital Bahasa Jawa sungguh merupakan loncatan pemikiran saintifik yang jitu. Selain dikerjakan secara manual, bisa juga menggunakan metode NLP,” imbuhnya.
Prof. Sahid berharap Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah segera dapat menyusun corpus bahasa Jawa. Dengan adanya corpus tersebut, pemertahanan bahasa Jawa melalui kecerdasan buatan dapat tercapai.
Baca juga: Beasiswa S1 Uni Emirat Arab 2022 Dibuka: Kuliah Gratis, Tunjangan Penuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.