KOMPAS.com - Sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban selalu mendampingi dan memberikan kasih sayang untuk anaknya.
Namun faktanya, ada orangtua yang bersikap kebalikannya. Masih ada orangtua yang melakukan kekerasan terhadap anaknya atau secara tidak sadar terbiasa melakukan pola asuh tidak sehat bagi anaknya.
Kondisi ini biasa disebut dengan istilah toxic parenting. Sesuai dengan namanya toxic parenting, kondisi ini tentu tidak sehat bagi tumbuh kembang anak.
Bahkan jika berlangsung dalam waktu lama akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan seorang anak.
Baca juga: Adaro Energy Buka Lowongan Kerja D3/S1 Fresh Graduate, Yuk Daftar
Menurut Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Lilik Binti Mirnawati, toxic parenting bukan hanya tentang kekerasan fisik.
Namun juga dapat berupa kekerasan verbal maupun psikologis yang sifatnya tidak terlihat oleh mata sehingga sulit terdeteksi.
"Sikap orangtua yang selalu ingin dituruti, tidak pernah menghargai perasaan anak dan tidak memberi anak dalam hak berpendapat termasuk juga dalam toxic parenting," kata Mirna seperti dikutip dari laman UM Surabaya, Selasa (22/2/2022).
Mirna menambahkan, toxic parenting dapat berdampak buruk bagi tumbuh kembang khususnya pada kesehatan mental anak.
Baca juga: Referensi SNMPTN 2022, Kenali Prodi Teknik Biomedik dan Prospek Kerjanya
Orangtua yang bersikap toxic akan selalu menggali kekurangan anak dan harus sesuai dengan keinginannya.
Mirna mengungkapkan, anak yang dibesarkan dalam kondisi pengasuhan seperti itu dapat tumbuh menjadi sosok yang sulit menghargai diri sendiri. Sehingga nantinya akan membentuk anak menjadi seorang yang selalu menyalahkan diri sendiri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.