Saat ini, lanjut Rossanto, konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak goreng digunakan untuk produksi biodiesel.
Hal itu karena ada kewajiban untuk pengusaha CPO agar memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30 persen.
3. Pandemi Covid-19 belum usai
Faktor ketiga penyebab kelangkaan minyak goreng lantaran kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir.
Dia menjelaskan, ada beberapa negara di belahan dunia sedang mengalami gelombang ketiga Covid-19.
Baca juga: Dosen Unair: Harta Karun Lumpur Lapindo Sebenarnya Sudah Lama Ditemukan
Konsumen luar negeri yang selama ini menggunakan minyak nabati juga mulai beralih ke CPO. "Sehingga ada kenaikan permintaan di luar negeri terkait ekspor CPO,” terangnya.
4. Proses distribusi dan logistik
Rossanto menjelaskan produsen minyak goreng dalam negeri hanya ada di beberapa daerah tertentu. Sedangkan proses distribusi minyak goreng dilakukan ke berbagai daerah di Indonesia.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga ditingkat distributor sebab harga kontainer saat ini lebih mahal dari sebelumnya.
Sementara shipping atau perkapalan juga mengalami kenaikan harga. Dua hal itu dinilai menjadi faktor penyebab harga kebutuhan minyak goreng mengalami kenaikan.
Disiai lain Rossanto mengungkapkan, naiknya harga minyak goreng akan mendorong inflasi secara umum.
Dampak yang ditimbulkan dapat memengaruhi beberapa sektor, di antaranya sektor industri makanan, rumah tangga, dan semua produksi yang menggunakan bahan baku minyak goreng.
“Oleh karena itu dampaknya juga akan lebih terasa terhadap inflasi terutama dari segi IHK,” tutupnya.
Baca juga: Ini Pentingnya Sarapan bagi Kesehatan Tubuh dari Ahli Gizi UGM
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.