KOMPAS.com - Pendemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih, berdampak besar pada berbagai bidang.
Dalam bidang pendidikan, pandemi membuat pembelajaran dilakukan secara jarak jauh guna memutus penyebaran virus corona di satuan pendidikan. Belajar dari rumah pun menjadi upaya bersama untuk memutus penyebaran Covid-19.
Meski terjadi kendala dalam jaringan internet maupun penggunaan teknologi di sejumlah wilayah, ternyata ada banyak guru-guru merdeka belajar yang tetap berkomitmen memberikan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi pelajar Indonesia.
Salah satu cerita datang dari Guru Abdul Malik yang tetap memberikan hak bagi siswanya untuk mendapatkan pembelajaran meski terkendala jaringan internet.
"Seperti yang terjadi di sekolah tempat saya bertugas. Jaringan internet hanya ada di Sekolah berupa WiFi bantuan dari Bakti Kominfo. Kondisi ini memaksa kami untuk melaksanakan pembelajaran secara luring," tuturnya dalam laman Ayo Guru Berbagi Kemendikbud Ristek.
Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa bagi Guru-Kepala Sekolah SD-SMA 2022
Tak menyerah dengan kondisi, selama pandemi, Guru Abdul Malik menggunakan metode belajar "Guru Kunjung (Rukun)" dan mendatangi rumah siswanya.
Guru Abdul Malik mengatakan, semangat itu didapatnya dari Ki Hadjar Dewantara, bahwa pendidikan harus mampu menyesuaikan dengan kodrat alam anak dan tuntutan perkembangan zaman.
"Seorang guru harus ‘menghamba kepada anak” yang berarti memberikan pelayanan yang optimal bagi tumbuh kembang anak, dengan mempertimbangkan segala hal yang mendukung dalam memfasilitasi dan memotivasi proses anak membangun pengetahuan, keterampilan dan sikapnya," terangnya.
Pendidik, lanjut dia, harus memandang seorang peserta didik sebagai manusia yang mempunyai bakat, minat dan potensi masing-masing. Sehingga, tugas guru adalah memfasilitasi, menuntun tumbuh kembangnya potensi tersebut.
Baca juga: Beasiswa Guru Training ke Jepang 2022, Tunjangan Rp 17 Juta Per Bulan
"Peserta didik seharusnya dijadikan subjek pendidikan, bukanlah objek pendidikan yang dapat diperlakukan seenaknya dan diperintah-perintah semaunya. Memaknai hal ini, seorang guru harus merancang pembelajaran sedemikian rupa agar peserta didik menggali informasi, mengamati, mempraktikkan, dan mengomunikasikannya sendiri," imbuh dia.
Guru Abdul Malik mengatakan, sebagai salah satu upaya yang telah dilakukan sekolah untuk meningkatkan partisipasi peserta didik adalah guru mengambil langsung jawaban ke rumah peserta didik. Namun, menurutnya hasilnya belum maksimal karena beberapa siswa tidak ada di rumah dengan alasan membantu orang tua di sawah.
Selain itu, kata dia, saat siswa sendiri berhadapan langsung dengan gurunya, siswa merasa malu menyampaikan kendala yang dihadapi dalam memahami materi.
Di samping itu, selama BDR penanaman karakter baik atau penumbuhan budi pekerti bagi peserta didik seolah terabaikan.
"Memperhatikan kondisi tersebut kita perlu melakukan suatu tindakan. Langkah seperti apa yang bisa dilakukan supaya anak didik tetap memperoleh haknya dalam belajar dan guru bisa melaksanakan perannya sebagai penuntun dengan baik. Dengan harapan anak didik dapat tumbuh dan berkembang dengan motivasi yang kuat untuk belajar selama masa pandemi dan bisa memperoleh kemerdekaannya dalam belajar," papar Guru Abdul Malik.
Dengan melihat kondisi di lapangan saat ini mendorong Guru Abdul Malik melakukan sebuah aksi nyata untuk melakukan perubahan dimulai dari sekolah tempatnya bertugas.