Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Penyakit Ginjal sejak Dini dan Cara Cegahnya dari Dosen UGM

Kompas.com - 15/03/2022, 09:32 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Hari Ginjal Sedunia atau "The World Kidney Day" tahun ini diperingati pada 10 Maret dengan tema "Kidney Health for All : Bridge the knowledge gap to better kidney care".

Berkaitan dengan hal tersebut, Metalia Puspitasari (Pengajar atau Dosen dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi) memberikan edukasi mengenai penyakit ginjal melalui Bincang-bincang Santai RAISA Radio pada Selasa (8/3/2022).

Baca juga: Kuliah Disetop, Ini Kronologi Konflik Dosen SBM dengan Rektor ITB

Meta memaparkan latar belakang diperingati Hari Ginjal Sedunia, karena mortalitas terkait penyakit ginjal terus meningkat setiap tahun dan diproyeksikan menjadi penyebab kematian ke-5 pada tahun 2040.

"Sebanyak 10 persen orang mengalami gangguan ginjal itu adalah yang kronis atau sudah lama. 9 dari 10 orang tidak paham dan tidak mengetahui kalau mengalami gangguan ginjal. Tema ginjal kali ini untuk menjembatani kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ginjal," ucap Meta melansir laman UGM, Selasa (15/3/2022).

Meta menjelaskan gangguan ginjal terbagi menjadi dua, yaitu gangguan ginjal akut (terjadi secara tiba-tiba) dan kronis (sudah lama terjadi).

Gangguan ginjal akut biasanya disebabkan oleh hal lain, seperti asupan minum yang kurang, muntah yang hebat, diare yang banyak, sehingga menyebabkan kurangnya cairan pada tubuh.

Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa menyebabkan gangguan ginjal akut.

Sementara itu, gangguan ginjal kronis disebabkan oleh penyakit jangka panjang, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, penyakit jantung, infeksi yang tidak diobati dengan efektif yang secara perlahan merusak ginjal dan mengurangi fungsi organ tersebut dari waktu ke waktu.

Meta menuturkan, terdapat beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk deteksi dini gangguan ginjal, antara lain terjadinya peningkatan tekanan darah dan nadi, adanya pembengkakan bagian tubuh, wajah pucat atau anemia, dan buang air kecil yang menurun.

Baca juga: Kisah Athi, Mahasiswa UNY Lulus Sarjana Tanpa Skripsi

Bisa juga, sebut dia, melakukan pemeriksaan laboratorium, seperti ureum, kreatinin, dan urine untuk mengetahui fungsi ginjal.

Kadar kreatinin yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal.

"Ada juga pemeriksaan elektrolit. Ketika seseorang mengalami gangguan ginjal, elektrolit ini menjadi tidak seimbang. Ini pemeriksaan sederhana yang bisa dilakukan," tutur Meta.

Kemudian, jika merasakan gejala gangguan fungsi ginjal, Meta menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam terdekat.

"Untuk gangguan ginjal, kita bisa berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam sambil dilihat gangguan ginjalnya ke arah apa," jelas dia.

Jikalau gangguan ginjal karena adanya pembesaran prostat, maka bisa konsultasi dengan dokter spesialis urologi.

Apabila prostat yang membesar menyebabkan gangguan aliran kencing, perlu dilakukan tindakan tertentu.

Jika gangguan ginjal disertai adanya gangguan tumor di daerah ginekologi atau rahim, bisa dikonsultasikan ke dokter penyakit dalam atau dokter kandungan.

Baca juga: 3 Kesepakatan Rektor-Dosen SBM ITB, Salah Satunya Tak Mogok Mengajar

"Selain dokter penyakit dalam, kita bisa berkonsultasi ke dokter penyakit dalam yang khusus konsultan ginjal dan hipertensi," tukas Meta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau