Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Muncul Omicron Siluman, Ini Kata Epidemiolog Unair

Kompas.com - 18/03/2022, 12:13 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus infeksi Covid-19 varian Omicron Siluman sudah terdeteksi di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, sejauh ini sudah ada lebih dari 300 kasus Omicron Siluman di Indonesia.

Omicron Siluman adalah sebutan bagi subvarian Omicron BA.2. yang berasal dari garis keturunan varian Omicron.

Untuk diketahui Omicron terdiri dari beberapa sub varian. Sub varian yang paling umum adalah BA.1, BA.1.1, dan BA.2.

Baca juga: Pakar UM Surabaya: 3 Hal yang Harus Diwaspadai dari Varian Omicron

Peningkatan kasus positif Omicron Siluman membuat epidemiolog asal Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani mengingatkan masyarakat untuk tetap menjaga ketat protokol kesehatan.

Secara genetik, Omicron Siluman merupakan variasi dari Covid-19 jenis Omicron.

"Dinamakan sebagai Omicron Siluman, karena melalui uji untuk mengetahui Omicron atau bukan yaitu S-gene Target Failure (SGTF), hasilnya dapat menunjukan seolah-olah bukan Omicron," ucap Laura dilansir dari laman Unair.

Meskipun secara karakteristik berbeda, varian jenis ini tidak memiliki perbedaan pada tingkat keparahan dan gejala yang ditimbulkan bila dibandingkan Omicron jenis BA.1.

“Omicron Siluman atau BA.2 dinyatakan lebih menular, tapi untuk tingkat keparahannya tidak berbeda secara signifikan,” ujarnya.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Selain Covid-19, 5 Virus Ini Perlu Diwaspadai

Varian Omicron Siluman diketahui dapat menghindar dari antibodi yang telah terbentuk melalui proses vaksinasi.

"Sehingga memang dari data penelitian terdapat penurunan efektivitas vaksin, tapi tidak menghilangkan daya proteksi dan antibodi yang dihasilkan vaksin untuk melawan varian dari turunan Covid-19," jelas dia.

Laura menyebutkan, vaksin masih dianggap efektif dan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga diri dari infeksi Covid-19.

Mengenai varian baru yang mungkin muncul setelah varian Omicron Siluman, dia mengaku bahwa tidak ada prediksi mengenai hal itu.

"Namun yang bisa dipastikan, selama masih ada sirkulasi virus, maka masih berpotensi bermutasi menjadi varian baru," ujarnya.

Baca juga: Riset FKM Unair: Daun Buah Ini Bisa Jadi Anti Diabetes Alami

Mutasi yang dihasilkan bisa bersifat menguatkan atau melemahkan karakteristik dari virus itu sendiri.

Contohnya, jenis Omicron yang memiliki karakteristik tingkat penularan tinggi dan tingkat keparahan rendah, yang berbeda karakteristiknya dengan varian Delta.

"Sehingga, yang bisa dilakukan adalah memonitor dan mencegah terjadinya infeksi virus yang ditimbulkan," kata Ahli Ilmu Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair itu.

Walaupun kasus Covid-19 di Indonesia sudah menurun dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, tapi masyarakat perlu mengetahui vaksin dan protokol kesehatan masih menjadi kunci utama untuk mengakhiri pandemi.

"Vaksin dan protokol kesehatan menjadi upaya intervensi yang masih perlu dilakukan secara menyeluruh untuk mengubah pandemi jadi endemi, sekaligus mencegah adanya varian-varian baru dari Covid-19," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau